Berhenti dari Web Service

Saya mulai mengenal bahasa pemrograman HTML tahun 2007, menyentuh CSS tahun 2008, sedikit JavaScript di 2010. Pengetahuan yang saya miliki saat itu hanya untuk senang-senang dan membantu beberapa teman online yang memiliki kendala terkait masalah theme.

Tahun 2012 saya menikah. Tahun yang menjadikan tanggung jawab saya berlipat-lipat makin besar. Secara naluri saya berpikir apa yang harus saya lakukan untuk meningkatkan penghasilan keluarga. Jawabannya adalah web service. Di saat yang bersamaan saya juga punya bisnis yang Alhamdulillah berjalan lancar; online shop. Saya sedang berpikir keran apa lagi yang harus saya buka untuk mengaliri kesejahteraan bagi keluarga saya.

Sambil menjalankan bisnis yang sudah ada, saya meminta izin pada istri untuk membagi waktu lagi mempelajari bahasa pemrograman yang the next level. Jadilah hari-hari saya banyak membuka situs-situs tutorial, download video dari YouTube, dan mempelajari semuanya secara otodidak. Termasuk berlangganan di teamtreehouse.com selama beberapa bulan untuk belajar melalui video-video menakjubkannya.

Dengan skill yang saya punya di akhir 2012, saya mulai memberanikan diri terjun secara profesional. Meski saya merasa skill saya masih cupu. Beberapa website hasil sentuhan saya saat itu seperti salimah.or.id, imz.or.id, dan beberapa lainnya yang saat ini webnya sudah mati karena tidak dikelola si pemilik. Tampilannya masih super sederhana. Termasuk Fimadani yang saat itu struktur pemrogramannya masih acak-acakan (Fimadani sekarang sudah jauh berbeda dari yang dulu, baik dari struktur pemrograman, pengaturan server, dan optimasi lainnya).

Memasuki 2013, Alahmdulillah nama saya mulai dikenal orang. Dalam 1 bulan ada 1 proyek web yang saya garap. Masih kecil memang, tapi paling tidak sudah lumayan untuk meningkatkan jam terbang (skill, komunikasi dengan klien, manajemen waktu, dll). Sampai pertengahan 2013, saya belum berani menyebut diri saya sebagai programmer dengan standar minimal. Saat itu, saya hanya seorang yang mengerti apa itu hosting, domain, bagaimana cara install WordPress, cara setting theme-plugin, dan sedikit tentang CSS, HTML, PHP. Tidak ada customize besar-besaran yang bisa saya lakukan terhadap sebuah theme ataupun plugin secara fungsi (function).

Bulan Ramadhan 2013 menyadarkan saya bahwa potensi programming sangat besar. Ranah bisnis ini adalah ranah abu-abu, di mana harga bisa kita (sebagai programmer) tentukan semena-mena. Ini bukan bisnis kaos yang pembeli bisa menawar setengah harga. Ini bisnis dengan profit luar biasa! Asset bisnis ini menempel langsung dalam diri, yang mahal bukan Sublime Text atau domain atau hosting atau yang lainnya. Yang mahal adalah diri dan kemampuan programmer itu sendiri. Saya biasa ambil profit di atas 5 juta, bahkan 10 juta di setiap proyek yang saya kerjakan. Padahal yang dikerjakan hanya itu-itu saja (Ternyata Cuma Gitu Doang). Belum lagi jika bicara produk digital, wah!

Ramadhan saat itu saya putuskan untuk hiatus sejenak dari online shop, saya diskusi dengan istri mengenai banyak hal tentang pemrograman, tentang rekayasa, tentang potensi, tentang kondisi pasar, dll. Dari diskusi itu kami sepakat bahwa saya harus total dalam mempelajari pemrograman. Saya hiatus dari online shop. Online shop tetap dijalankan oleh istri tapi sangat lambat karena proses pemasaran yang biasa saya lakukan sudah berhenti. Uang tabungan yang ada kami gunakan untuk menjalani kehidupan beberapa bulan ke depan selama saya belajar pemrograman di level yang lebih tinggi.

Di pertengahan Ramadhan saya mencari informasi tempat belajar yang bagus di Jogja. Beberapa tempat saya pelajari, sampai akhirnya bertemu info tentang Pondok Programmer. Saya telpon, yang angkat mas Ruli. Kami bertemu di rumah mertua mas Ruli, ternyata kontrakan saya sangat dekat, tinggal njangkah.

Disepakati untuk membuat sesuatu yang mutual. Saya menjadi guru internet marketing untuk para santri di Pondok, dan di saat yang bersamaan saya jadi murid belajar juga. Sesuatu yang menarik.

Setelah idul fitri, saya mulai aktif belajar dan mengajar di Pondok. Ini komunitas yang menakjubkan, orang-orang dan lingkungan di Pondok sangat asik.

Selama kurang lebih 8 bulan saya menimba ilmu di tempat ini. Di waktu yang sama juga mengamalkan ilmu yang saya dapat, menerima banyak proyek, sebagian proyeknya saya bagi ke Pondok.

Alhamdulillah saya bisa menikmati apa yang saya pelajari. Ini menjadi keran emas, ada banyak sekali kebutuhan keluarga yang bisa terpenuhi di sini. Jauh melebihi online shop yang sudah saya jalani (padahal juga sudah mencukupi).

* * *

Saya lupa ada berapa banyak proyek yang sudah saya garap selama ini. Semuanya memberikan pelajaran berharga untuk saya. Tentang banyak hal. Tentu menangani proyek tidak hanya diisi oleh hal-hal yang membuat bibir tersenyum. Terkadang juga ada proyek yang disertai dengan irisan hati.

* * *

Ada banyak sekali orang yang saya temui, tidak hanya mereka yang berkutat pada web service. Saya bertemu dengan praktisi bisnis di bidang-bidang yang lain. Saya mencari peluang, membuka wawasan, membuat relasi.

Hasil perjalanan bertemu dengan banyak orang itu selalu membuat saya berpikir, merenung, mengambil pelajaran. Tentang waktu, tenaga, pikiran, dan uang. Ada satu pertanyaan yang kemudian menghantui saya, Apa yang sudah dan akan saya lakukan untuk agama dan bangsa? Pertanyaan yang saat itu terus menghantui.

Dalam melakukan apapun, saya dan istri biasa niatkan sesuatu untuk kebaikan banyak orang, tapi pada prakteknya itu seperti tidak terealisasi, meski tiap menitnya selalu saya pikirkan. Apa ya? Apa ya? Apa ya? Saya merasa ada yang salah dalam cara saya mengamalkan niat. Dari niat dan tujuan insya Allah sudah ikhlas dan mulia. Saya merasa saya keliru dalam membagi waktu, tenaga, pikiran, dan uang.

* * *

Waktu terus berjalan, sampai akhirnya terjadi diskusi yang cukup seru di dalam keluarga saya. Sebuah topik yang pertama kali dilontarkan oleh salah satu adik saya, Hammad Rosyadi (paling kiri pada gambar di atas). Ia membuka diskusi dengan share video di grup WhatsApp keluarga mengenai akhir zaman.

Dilihat dari hadits nabi yang mengatakan bahwa akan ada 5 zaman yang akan dilalui umat Islam. Maka tanda-tanda itu sangatlah terlihat jelas sekarang.

  1. Zaman Kenabian (Nubuwwah) dan rahmat
  2. Zaman Khulafaurrasyidin dan rahmat
  3. Zaman pemerintahan raja-raja yang zalim (kerajaan-kerajaan Islam)
  4. Zaman penguasa diktator pembawa fasad dan kegelapan
  5. Zaman Khalifah atau Ummah kedua yang berjalan diatas cara hidup zaman kenabian yakni zaman pemerintahan Imam Mahdi dan Nabi Isa.

Saya pribadi sangat yakin, kita semua sedang berada di zaman ke-empat. Mulkan Jabbariyan. Kita sedang berada pada puncak kerusakan dunia. Penguasa yang zalim dan serakah.

Manusia yang telanjang di jalan-jalan sudah ada, masjid-masjid megah sudah ada, yang jujur dikhianati yang khianat dipercaya juga sudah ada, padang pasir menjadi hijau juga sudah ada (dengan kemajuan teknologi), LGBT merajalela, maksiat di mana-mana.

* * *

Saya sangat khawatir dengan diri saya dan keluarga saya dalam menjalani kehidupan setelah mati.

“Peliharalah (jauhkan) dirimu dan keluargamu dari api neraka.” (Attahrim: 6)

Di usia yang sudah sangat mepet ini, saya harus segera realistis tentang pertanyaan yang selalu menghantui saya. Apa yang sudah dan akan saya lakukan untuk agama dan bangsa?

Saya dan istri putuskan untuk meminimalisir aktifitas yang kebaikannya hanya melibatkan sedikit orang atau bahkan hanya diri sendiri. Ada beberapa aktifitas yang kami wacanakan untuk dihapus, salah satunya adalah web service (saat itu beberapa bulan yang lalu, masih dalam bentuk wacana).

Memang, web service menciptakan banyak sekali pemasukan, tapi web service juga menutup waktu, tenaga, dan pikiran saya. Sangat sedikit waktu untuk keluarga, apalagi untuk ummat. Satu tahun belakangan ini aktifitas (sumbangsih) saya pada masyarakat menurun dari tahun sebelumnya, itu yang saya rasakan. Produktifitas saya untuk ummat sangat buruk.

* * *

Obrolan mengenai akhir zaman masih terus terjadi dalam keluarga saya, ternyata saya tidak sendiri, semua orang di dalam keluarga membayangkan hal yang sama. Masing-masing berpikir apa yang harus disiapkan.

* * *

Masing-masing dari kami mulai mempertanyakan bisnis yang salama ini digeluti.

Tanggal 17 kemarin semua anggota keluarga berkumpul ke Magetan. Membicarakan masalah ini secara serius. What should we do?

Abah saya sejak beberapa bulan lalu mengatakan bahwa keluarga ini harus punya pemasukan minimal setiap bulannya, sambil menyebut nominal. “Itu paling minim, paling minim.” Beliau mengatakan itu dengan penuh penekanan.

“Untuk berikrom dan mengayomi ummat secara total harus ditopang oleh pendanaan yang besar.” lanjutnya.

Dari anak-anak Abah, yang sudah fokus berbisnis baru 3 orang. Fat-han (yang pakai kaos putih), Saya, dan Sa’id (pegang kamera HP). Umar (paling kanan) dan Hammad masih meraba. Adik-adik yang lain masih mengasah soft skill seperti yang dulu juga saya dan yang lain lakukan.

Akumulasi 3 bisnis dan 1 bisnis (milik Ummi Abah), masih belum mencapai angka minimum itu setiap bulannya.

Di dalam forum keluarga itu, masing-masing dari kami menceritakan mengenai apa yang bisa dilakukan untuk mencapai hal itu (yang merupakan bagian dari visi misi keluarga).

“Darah kita sekeluarga telah kita gadaikan untuk mengabdi di jalan Allah.” (Ummi)

* * *

Oke, setelah meninggalkan web service, apa yang akan saya lakukan sekarang? Keran pemasukan harus tetap mengalir dan dibuat sederas mungkin, ditambah dengan keinginan Abah yang mempunyai pemasukan minimum.

Saya melakukan cukup banyak filter terhadap jenis bisnis yang cenderung mudah untuk dikerjakan. Artinya tidak menyita terlalu banyak hal; waktu, tenaga, pikiran, dan uang. Kalaupun harus menyita, cukuplah salah satunya. Supaya ada ruang gerak yang bisa saya maksimalkan untuk investasi akhirat.

Dari sekian banyak jenis bisnis yang saya filter (termasuk beberapa juga yang sedang saya jalankan), diputuskan bahwa saya dan istri hanya fokus pada 2 bisnis:

  1. Online shop
  2. Bisnis konten

Online Shop

Bisnis yang sudah saya bangun sejak lama. Sudah banyak asset di sini. Dan Alhamdulillah juga banyak membantu berbagai macam kebutuhan. Omzet yang lumayan. Hanya saja perlu ditata ulang supaya lebih efektif (memberi ruang gerak pada kami). Toko online dikerucutkan pada penjualan:

  1. Buku (populer & best seller) via SEO
  2. Aksesoris (tas, sepatu) via Facebook
  3. Fashion (gamis, jilbab) via Facebook
  4. Kosmetik / Kewanitaan via Facebook & BBM

Empat poin di atas mempunyai nilai transaksi yang amat sangat banyak. Yang semua dikerjakan oleh istri saya (mungkin dalam waktu dekat segera hire beberapa CS). Saya hanya terlibat dalam proses optimasi.

Bisnis Konten

Spesifiknya adalah sebagai Publisher AdSense. Saya pilih ini karena semua pekerjaan bisa selesai dengan efektif. Produksi konten bisa terpenuhi dengan hire beberapa penulis. Proses marketing bisa selesai dengan paid traffic. Tentu ada strategi yang saya bangun supaya hasil bisa sesuai harapan.

Dalam beberapa bulan terakhir, saya membuat 4 situs yang semuanya akan dijadikan situs authority yang fokus pada quality.

Di sini, praktis, waktu, tenaga, dan pikiran tidak tersita. Hanya uang yang perlu disiapkan. Dan Alhamdulillah ada dari hasil tabungan, online shop yang dijalankan istri, dan anggota keluarga yang tertarik menggeluti bisnis ini, juga dari Publisher ini sendiri yang sudah menghasilkan.

Penutup

Ya, ini adalah salah satu keputusan terbesar yang pernah saya buat. Tidak sedikit yang mempertanyakan hal ini saat masih menjadi wacana dan rencana. Termasuk dari kawan-kawan di komunitas.

Saya benar-benar terngiang dengan usia saya dan bagaimana generasi saya kelak.

Apa yang sudah saya persiapkan untuk diri saya dan keluarga saya dalam menghadapi fitnah akhir zaman yang kemudian disusul menghadap padaNya. Saya ingin mempersiapkan hal ini secara maksimal, seperti saya maksimal dalam urusan-urusan dunia.

Hari-hari ke depan insya Allah akan kami (sekeluarga) gunakan untuk mengabdi pada masyarakat (mohon doanya), lebih intens terhadap Al Qur’an untuk diri kami, anak-anak kami, dan orang-orang yang mau tergabung dalam program-program yang kami buat. Saya membangun komunitas bisnis dan Quran gratis untuk anak-anak muda Pesantren Sintesa. Saudara-saudara saya yang lain memilih jalannya masing-masing dalam mengabdi. (Visi Misi Keluarga Dakwah).

* * *

Saya masih sebagai programmer untuk diri saya sendiri (dan mungkin untuk kebutuhan ummat yang mendesak), tapi saya sudah tidak menerima siapa saja yang meminta saya melakukan pekerjaan itu. Saya berhenti dari web service, tidak berhenti dari web development. Saya masih terus melanjutkan karya di bidang ini.

Selamat tinggal web service, itu adalah hari-hari yang panjang dan penuh kenangan bersamamu :)

12 thoughts on “Berhenti dari Web Service”

  1. Sebenarnya aku bingung mau komen apa dan bagian mana dari tulisan ini. Apalagi ada hal-hal sensitif dlm tulisan yg mengganjal bagiku (tidak sependapat), tapi tidak enak kalau kukomeni tanpa diskusi secara langsung.

    Jadi, mungkin komenku ini cuma menjadi semacam jejak keberadaanku di sini.
    Salam

    Reply
  2. Wah sayang banget tuh mas berhenti jadi web servise, pasti pelanggannya udah banyak banget tuh. tapi kembali pada masing masing juga sih, kan manusia keinginanya udah beda sama beberapa tahun lalu.
    Nabi Muhammad aja ngasih tahu kalo manusia sebenernya diciptakan dengan hati yang sering bolak-balik, makanya ada doanya tuh biar ketika hati lagi gak konsisten, tetep masih dalam koridor syar’i..
    good luck brader

    Reply
  3. Menurut saya langkah yang Mas ambil sudah tepat. Walau bagaimanapun juga, memiliki kesadaran untuk memberikan sumbangsih terhadap umat dan bangsa sangat jarang terjadi. Kalaupun iya, sulit mewujudkanya. Dengan berbagai alasan dan pertimbangan. Semoga Allah SWT menguatkan langkah Mas sekeluarga. aamiin

    Reply
  4. Sebenarnya semua kembali lagi pada diri masing-masing… Seberapa nyaman kita untuk melalui proses kehidupan(termasuk kerja) dan Seberapa besar keinginan hati untuk melakukannya… Yang jelas semua harus dipertimbangkan secara matang sebelum betul-betul memutuskan… Sukses mas Dunia Akhirat

    Reply
  5. Menyentuh mas, dan bisa menjadi referensi nanti disaat ditanya sama calon orang tua kedua. Tentang apa dan bagaimana nanti menikah? ?
    Dan tentang mengatur waktu juga, saya rasa memang saya harus banyak belajar. Karena dulu juga sempat belajar programming. Malah menjadi sebab anti sosial semakin menjadi.
    Ditambah kebiasaan main game pas hari libur.
    Kapan2 aku tanya lebih lengkap ya mas, hehe
    (Soal membangun keluarga) ?

    Reply

Yakin Ngga Mau Komen?