Mengenal Strategi Blue Ocean dan Red Ocean

Kali ini saya akan membahas tentang Blue Ocean dan Red Ocean. Oh iya, mungkin banyak dari kamu yang sudah pernah mendengarnya.

Yup, ini memang bukan bicara tentang samudera di lautan sesungguhnya.

Hanya sebuah kiasan, tentang seberapa dalam dan ganas ombak di bisnis yang kamu geluti.

BOS (Blue Ocean Strategy) digagas oleh profesor asal Korea, Chan Kim dan rekannya dari Perancis Renee Mauborgne.

Tema ini hendak mengajarkan kepada kita tentang bagaimana memenangkan kompetisi bisnis yang kian dinamis.

Mengenal Strategi Blue Ocean

Strategi Blue Ocean adalah strategi yang menantang perusahaan untuk keluar dari samudra merah yang berdarah-darah dengan cara menciptakan ruang pasar yang belum ada pesaingnya.

Sehingga kata kompetisi pun menjadi tidak relevan.

Apa itu Strategi Red Ocean?

Strategi Red Ocean adalah kondisi dimana kita bersaing pada pasar yang sama dengan pesaing.

Pasar ini tentunya dihuni oleh banyak pelaku bisnis yang secara bersama-sama bersaing dan turut membesarkan pasar yang ada.

Karena begitu banyaknya pelaku bisnis pada pasar ini, suasana persaingan akan begitu sengit.

Blue Ocean Strategy pada dasarnya merupakan sebuah siasat untuk menaklukan pesaing melalui tawaran fitur produk yang inovatif, dan selama ini diabaikan oleh para pesaing.

Fitur produk ini biasanya juga berbeda secara radikal dengan yang selama ini sudah ada di pasar.

Dengan cara seperti di atas, Blue Ocean mendorong pelakunya untuk memasuki sebuah arena pasar baru yang potensial, dan yang selama ini “dilupakan” oleh para pesaing.

Hal ini tentu berbeda dengan Red Ocean, di mana semua kompetitor memberikan tawaran fitur produk yang seragam, sama, dan semua saling memperebutkan pasar yang juga sama.

Alhasil, yang acap terjadi adalah pertarungan yang berdarah-darah, lantaran arena persaingan diperebutkan oleh para pemain yang menawarkan keseragaman produk dan pendekatan.

Contoh Kisah Blue Ocean

Contoh yang bisa kita pelajari dari kisah Blue Ocean ini misalnya dapat dilihat pada kisah keberhasilan Yamaha dengan skutik Mio-nya.

Dulu sebelum motor jenis ini muncul, pasar sepeda motor didominasi oleh merk Honda sebagai penguasanya.

Ketika skutik Mio hadir, Yamaha memasuki pasar motor dengan fitur yang berbeda secara radikal.

Yamaha segera membidik segmen pasar baru (new market segment) yakni para pelanggan perempuan (female bikers).

Dengan pendekatan Blue Ocean ini, saat itu praktis Yamaha berenang dalam arena pasar baru, yang tidak ada players lain didalamnya.

Dengan mudah Yamaha memimpin pasar baru itu, dan itu terus bertahan hingga kini.

Keberhasilan ini memang fenomenal, sebab melalui Mio-lah, Yamaha kemudian pelan-pelan merangsek singgasana yang sudah puluhan tahun digenggam sang jawara, Honda.

Contoh Aplikasi Red Ocean

Bahkan jika saat ini bisnis yang digeluti berada di arus persaingan Red Ocean, maka bisa saja arahnya dirubah menuju ke Blue Ocean. Contoh yang melakukan hal demikian adalah Air Asia.

Air Asia merupakan perusahaan penerbangan di wilayah Asia Tenggara yang menerapkan prinsip low cost carrier.

Air Asia melihat peluang bahwa penumpang pesawat terbang tidak membutuhkan makan dalam penerbangan jarak dekat, pemilihan tempat duduk di pesawat terbang, dan proses pembelian tiket yang berbelit – belit.

Yang mereka butuhkan adalah ketepatan waktu dalam berangkat dan ketepatan waktu dalam sampai, proses pembelian tiket dengan mudah, dan dapat tempat duduk ketika mereka terbang.

Oleh karena itu, air asia keluar dari industri penerbangan pada umumnya di mana pada industri ini biasanya menawarkan kenyamanan ekstra dan harga tiket dengan sangat mahal.

Air asia hadir dengan pelayanan cukup prima dengan harga tiket yang murah.

Air Asia bisa mematok harga 50% -80% lebih murah daripada pesaingnya, tepat waktu, serta proses pembelian tiket secara mudah cepat, dan aman lewat sistem online.

Ketika itu Air Asia tidak memiliki pesaing sama sekali dan berhasil keluar persaingan secara head-to-head dan masuk kedalam Blue Ocean.

Kenapa Air Asia bisa mencapai sukses seperti hal tersebut?

Air Asia menawarkan value yang orang lain ingin membelinya, bukan hanya sekedar value, tetapi value yang dapat menghasilkan keunggulan kompetitif yaitu value-innovation.

Inti dari Blue Ocean dan Red Ocean

Blue Ocean = Jenis pasar yang tidak diketahui banyak orang, sehingga persaingan sedikit (cenderung dalam dan tenang).

Red Ocean = Jenis pasar yang sudah diketahui banyak orang, sehingga persaingan amat ketat (cenderung berdarah-darah).

Perbedaan Blue Ocean dan Red Ocean

Perbedaan Blue Ocean dan Red Ocean Strategy

Blue Ocean

Red Ocean

Menciptakan ruang pasar yang belum ada pesaingnya. Bersaing dalam ruang pasar yang sudah ada.
Menjadikan kompetisi tidak relevan. Memerangi kompetisi.
Menciptakan dan menangkap permintaan baru. Mengeksploitasi permintaan yang ada.
Mendobrak pertukaran nilai-biaya Memilih antara nilai-biaya (value cost trade-off)
Memadukan keselurahan sistem kegiatan perusahaan dalam mengejar diferensiasi dan biaya rendah. Memadukan keseluruhan sistem kegiatan perusahaan dengan pilihan strategis antara diferensiasi atau biaya rendah.

Sumber Tabel: Kim & Mauborgne (2005)

Dengan demikian, pasar Red Ocean memang sudah mengandung sejumlah pesaing.

Kamu bisa memikirkan warna merah yang digunakan dalam istilah Red Ocean karena pertumpahan darah yang kadang-kadang terasa seperti pasar yang sangat kompetitif.

Strategi Red Ocean adalah strategi yang bertujuan untuk melawan dan mengalahkan kompetisi.

Karakteristik Umum Strategi Red Ocean

  1. Fokus bersaing di pasar yang sudah ada.
  2. Fokus mengalahkan pesaing.
  3. Fokus pada pertukaran nilai / biaya. Nilai / biaya trade-off adalah pandangan bahwa perusahaan memiliki pilihan antara menciptakan produk bernilai tinggi untuk pelanggan tetapi dengan biaya lebih tinggi, atau produk bernilai sewajarnya untuk pelanggan dengan biaya lebih rendah.
  4. Fokus pada mengeksploitasi permintaan yang ada.
  5. Fokus pada eksekusi (pemasaran yang lebih baik, basis biaya lebih rendah dll).

Strategi Red Ocean pada akhirnya mengarah pada dua pilihan strategi, yakni diferensiasi atau biaya rendah. Apa pun yang dipilih organisasi harus menyelaraskan semua kegiatan dengan salah satu arahan strategis ini.

Jika kamu tipe yang lebih berfokus pada bagaimana mengalahkan kompetisi sebagai bagian dari pengembangan strategi, maka selamat karena kamu memang tipe Red Ocean.

Tetapi jika kamu tipe yang lebih berfokus pada hasil yang strategis, ingin menciptakan produk yang baru di pasaran, dan suka menemukan sudut peluang baru yang ada di pasar, maka bisa jadi kamu memang tipe Blue Ocean.

Karakteristik Umum Strategi Blue Ocean

  1. Fokus, berbicara mengenai titik-titik penting yang menjadi pusat perhatian. Perusahaan tidak dapat menyebarkan usahanya ke semua faktor dalam arena bisnis. Profil strategis perusahaan harus bisa dengan jelas menunjukkan di mana letak fokus usahanya.
  2. Divergensi atau bergerak menjauh, yakni menjauh dari pemain-pemain lain. Hal ini bisa dilakukan sebagai suatu hasil dari mencari dan melihat alternatif dan bukan membanding-bandingkan diri dengan pesaing. Tujuannya jelas, yakni keluar dari “permainan” dan menciptakan “mainan” yang baru.
  3. Motto yang memikat, juga menjadi salah satu daya tarik utama bagi konsumen. Namun demikian sebuah motto yang baik tidak hanya mampu menyampaikan pesan secara jelas dan menarik, tetapi juga mengiklankan penawaran secara jujur. Karena jika tidak demikian, perusahaan tersebut akan kehilangan kepercayaan dan minat dari konsumennya.

Ketiga ciri di ataslah yang kemudian melebur, membentuk suatu kualitas yang saling melengkapi dalam Blue Ocean Strategy.

Tanpa kualitas-kualitas ini, strategi perusahaan akan kabur, tidak khas, sulit dikomunikasikan, dan memiliki struktur biaya yang tinggi.

Mana yang Lebih Bagus?

Sebelum membahas tentang mana yang lebih bagus antara Blue Ocean dan Red Ocean, saya ingin merangkum terlebih dahulu plus minus dari keduanya.

Kelebihan dan Kekurangan Blue Ocean

+ Keluar dari “permainan” yang sudah ramai dan menciptakan “mainan” baru
+ Peluang mendapat profit besar di pasar yang baru
+ Brand baru yang tercipta pertama kali dan sukses akan melekat di hati pelanggan
– Membutuhkan investasi besar
– Belum terbentuk customer base
– Membutuhkan edukasi kepada pelanggan agar tidak terjadi miss perception tentang produk

Kelebihan dan Kekurangan Red Ocean

+ Penetrasi pasar tidak sesulit Blue Ocean
+ Permintaan konsumen sudah terlihat jelas
+ Sudah terbentuk customer base
– Sudah ada market leader yang sulit untuk disaingi
– Kompetisi teramat sengit
– Harga jual kompetitif

Perbandingan Blue Ocean VS Red Ocean Menurut Pakar

Adalah W. Chan Kim & Renee Mauborgne sang penulis buku Blue Ocean Strategi yang berpendapat bahwa strategi Blue Ocean jauh lebih baik dalam profitabilitas.

Klaim dari penulis bahwa buku Blue Ocean Strategi ditulis berdasarkan data dan riset dari sekitar 30 industri dalam kurun waktu cukup lama.

Mereka mulai memperhatikan perusahaan-perusahaan yang dianggap berhasil sejak awal didirikan.

Data-data statistik yang mereka tunjukkan bahwa perusahaan yang menggunakan strategi Blue Ocean ternyata memang jauh lebih baik dalam profitabilitas dibandingkan dengan perusahaan yang menerapkan strategi Red Ocean.

Tetapi kembali lagi, kita bisa sama-sama membandingkan kelebihan dan kekuarangan Blue Ocean dan Red Ocean secara fair.

Hitung skala prioritas dan lihat kembali kepada karakter pebisnis, karena masing-masing strategi bisa dipertimbangkan dan terbukti sudah ada yang berhasil di ranah Blue Ocean dan Red Ocean.

Penerapan Blue Ocean dan Red Ocean Pada Produk Digital Marketing

Penerapan Blue Ocean dan Red Ocean dalam Digital Marketing

Bedah kasus: Blue Apron dan Shopee

Dalam penerapan Marketing, strategi Blue Ocean cenderung diisi dengan konten-konten niche, namun riset lebih mendalam. Contoh yang mengaplikasi strategi ini adalah perusahaan asal Amerika, Blue Apron.

Sebagai penyedia layanan paket bahan masakan, mereka memasarkan produk dengan menggunakan website, facebook dan instagram.

Tentu sebelumnya mereka melakukan riset tentang kebutuhan konsumen dan perilaku konsumen.

Konsumen ingin memasak sendiri makanan yang disantapnya, namun tanpa repot belanja di pasar, tanpa perlu repot meracik segala bahan mentah, dan terdapat instruksi menu untuk mengolah masakan yang lezat dan sehat.

Voila, Blue Apron pun hadir di basis konsumen niche ini. Namun kini bisa melebarkan sayapnya ke berbagai negara.

Brand Blue Apron meningkat pesat dengan firur penggunaan hashtag, kumpulan resep makanan dan kode kupon untuk followers.

Sementara dalam penerapan Marketing Red Ocean cenderung diisi dengan konten-konten populer, disukai banyak orang.

Contoh yang mengaplikasi strategi ini adalah salah satu e-commerce yang banyak dikenal orang saat ini, Shopee. Persaingan ketat di e-commerce membuat para company membuat harga yang kompetitif.

Shopee hadir dengan promo gratis ongkir, belanja dengan hashtag dan aplikasi chat antar konsumen shopee yang membuatnya cukup inovatif.

Walau kita semua tahu dan bisa membandingkan harga antar e-commerce dan bahkan bisa menemukan yang termurah.

Dengan persaingan harga yang amat sengit ini, tak menggoyahkan Shopee untuk tetap bisa belayar di Red Ocean.

Ohya, pada kenyataanya pembagian strategi Blue Ocean dan Red Ocean tak sekaku itu.

Ternyata dua strategi itu bisa disatukan, dan kita sebut itu sebagai Purple Ocean.

Apa itu Purple Ocean?

Purple Ocean adalah strategi yang dijalankan oleh perusahaan dalam menggabungkan strategi Blue Ocean dan Red Ocean dengan melakukan kompetisi di pasar yang sudah eksis, sambil mengeskplorasi pasar baru.

Strategi ini berupaya untuk tetap bertahan memenangkan porsi pasar di pasar yang sudah eksis. Selain itu, mencoba untuk menciptakan pasar yang baru.

Tujuan Mempelajari Strategi Blue Ocean dan Red Ocean

  1. Karena kita perlu mengetahui pasar sebelum memasukinya.
    Kita perlu tahu, jenis pasar seperti apa yang kita masuki. Ini berkaitan dengan riset pasar, strategi pemasaran, jenis kompetisi, hingga akhirnya bagaimana memenangkan hati konsumen.
  2. Mempermudah capaian target dan segmenting market.
    Apa jadinya ketika kita menjual produk tanpa tahu kemana produk ini harus dijual? Tentu akan banyak stok menumpuk di gudang. Atau mungkin, banyak stok beredar di pasaran namun hasil penjualan dan profit stagnan saja di satu titik.
    Tetapi jika kita tahu target dan segmenting yang tepat, kita jadi tahu kemana produk ini dijual.
  3. Mengetahui seberapa besar kemungkinan sukses vs gagal dalam jenis bisnis yang dipilih.
    Ada banyak contoh kasus kesuksesan dan kegagalan red ocean, begitu juga blue ocean. Kita akan bedah kasusnya di artikel ini.
  4. Menjadi market leader.
    Menjadi market leader berawal dari pemenuhan solusi atas kebutuhan konsumen. Pemilik usaha jeli menangkap apa yang menjadi kebutuhan konsumen dan kemudian mampu memberikan solusi untuk mengatasi masalah tersebut.

Beberapa contoh Perusahaan Blue Ocean yang mungkin tidak asing lagi di telinga kita ada Gojek, BCA, LinkedIn. Sementara beberapa contoh perusahaan Red Ocean adalah Samsung, Shopee, Indofood.

Mari kita belajar bagaimana mereka bisa sukses di ranah Blue Ocean dan Red Ocean dari salah satu perusahaan itu.

Studi Kasus Sukses Red Ocean – Samsung

Strategi Samsung di ranah Red Ocean

Samsung menggunakan strategi Red Ocean yang pada dasarnya berarti menjelajah ke pasar dan membanjirinya dengan produk-produknya yang menawarkan berbagai produk dengan harga yang tinggi hingga relatif lebih murah.

Menariknya, lembaga survey market-share seperti GFK memperlihatkan, pasar mid-end smartphone Samsung tetap menguasai 50% pasar Indonesia. Bagaimana bisa?

1. Keunggulan Kompetitif

Samsung memiliki keunggulan kompetitif karena harganya yang lebih murah karena mereka memproduksi sebagian besar barang yang diperlukan dalam membuat smartphone, berbeda dengan Apple yang sangat bergantung pada pemasok eksternal (Olsen, 2012).

Strategi ini berhasil karena Samsung telah menjadi terkenal dalam waktu singkat.

Tetapi yang sebenarnya menarik untuk pasar Indonesia adalah pertarungan smartphone di pasar mid-end.

Bisa dikatakan, di segmen ini terjadi pertarungan yang paling sengit dan ramai, karena banyaknya brand yang bermain di segmen mid-end ini dibanding segmen smartphone high-end atau kelas premium.

Di pasar mid-end Indonesia, banyak brand yang berlomba-lomba menghadirkan spesifikasi tinggi, tetapi dengan harga yang lebih murah atau terjangkau untuk memikat konsumen.

Kemudian, ada pula brand yang lebih fokus pada satu fitur utama seperti foto selfie dalam setiap produknya.

2. Riset & Pengembangan

Untuk bisa terus menarik perhatian pengguna dengan teknologi baru yang tepat dan berguna, R&D (Research and Development) akan menjadi tulang punggung perusahaan smartphone.

Samsung masuk jajaran papan atas dalam posisi R&D ini, di mana tidak semua perusahaan smartphone memiliki R&D yang mencukupi, karena biaya R&D ini sangat besar.

3. Riset Pasar

Pilihan berdasarkan riset pasar yang lebih solid ini membuat produk Samsung bisa membuat smartphone yang lebih beragam untuk menjangkau lebih banyak segmentasi pasar pengguna smartphone.

4. Layanan Purna Jual yang Mudah Dijangkau

Menyediakan service center bukan perkara mudah, apalagi bisa tersebar di banyak kota dan daerah dengan standar yang sama.

Semakin banyak model smartphone, semakin banyak partyang harus disediakan, dan logistik yang semakin baik agar keluhan konsumen bisa segera diselesaikan.

Samsung menjawab permasalah ini dengan membangun banyak jaringan service center-nya di berbagai kota.

Studi Kasus Sukses Blue Ocean – Gojek

Strategi Sukses Gojek di Blue Ocean

Ojek merupakan jenis layanan transportasi yang sudah cukup lama dikenal masyarakat Indonesia. Namun, dirasa belum ada ojek yang mampu menjamin keamanan, kenyamanan, hingga kemudahan transaksi.

Hingga kemudian Gojek hadir manawarkan semua kelebihan itu. Kini ia menjamur di berbagai kota besar hingga pelosok.

Keberhasilan Go-Jek dalam ranah Blue Ocean dapat dipahami dari beberapa faktor berikut.

1. Go-Jek Menghilangkan Negosiasi Harga.

Dengan menggunakan algoritma geo-lokalisasi, Go-Jek mampu menawarkan tarif yang konsisten dan telah ditentukan sebelumnya untuk perjalanan yang dapat dilihat pelanggan sebelum memesan layanan.

Pada ojek konvensional, beberapa konsumen merasa tarif yang terlalu mahal atau tidak sesuai, sehingga hal ini menimbulkan kekecewaan. Sementara Go-Jek membuat konsumen mendapat kepastian tarif, berapa harga yang harus dibayar.

2. Go-Jek Memberikan Kepuasan Dalam Layanannya

Dengan mempekerjakan pengemudi yang berpengalaman dan memperkenalkan program pelatihan untuk memastikan praktik berkendara yang aman.

Ini juga mengurangi ketidakpastian dalam waktu tunggu bagi pelanggan dengan menunjukkan lokasi real-time ojek terdekat yang tersedia bagi pelanggan dari titik penjemputan mereka, dengan mengetahui posisi.

Gojek juga mengedukasi keselamatan berkendara bagi para pengendaranya. Selain itu, Go-Jek memiliki sistem pembayaran non cash yang kini cukup diminati banyak konsumen.

3. Go-Jek Menciptakan Nilai Tambah

Go-Jek tidak hanya menciptakan nilai tinggi untuk konsumen, tetapi juga untuk para pengemudi, yang melaporkan peningkatan pendapatan.

Pengemudi juga mendapatkan akses ke asuransi kesehatan dan kecelakaan, layanan keuangan dan asuransi, dan semua layanan yang tidak tersedia di ojek konvensional.

Faktor penyebab kegagalan Red & Blue Ocean

Hal yang perlu diwaspadai di ranah Red Ocean adalah ketika tidak responsif akan perubahan dan harga.

Sementara hal yang perlu diwaspadai di ranah Blue Ocean adalah ketika tidak bertahan lama pada investasi waktu untuk mengedukasi konsumen.

Ada yang sukses dan ada yang gagal. Setelah mempelajari kisah suksesnya, mari juga kita pelajari beberapa kisah gagal di Red Ocean dan Blue Ocean.

Belajar dari Nokia di Ranah Red Ocean

Belajar dari Nokia di ranah Red Ocean

Siapa yang tak kenal Nokia di tahun 2000 awal? Ya, perusahaan asal Finlandia itu yang merajai pasar ponsel kala itu.

Hingga kemudian mulai tenggelam bersamaan dengan bersinarnya merk ponsel Samsung, Apple, Xiaomi, dsb.

Ada beberapa teori yang mengungkapkan kesalahan fatal Nokia kala itu. Dari beberapa teori yang ada, mungkin dua teori ini yang paling mungkin untuk kita ambil pelajaran.

Teori kegagalan yang pertama diungkapkan oleh Michael Schrage, seorang research fellow di Massachusetts Institute of Technology (MIT).

Dia menyampaikan dalam Harvard Business Reviewbahwa sebab kekalahan utama Nokia adalah karena perusahaan tersebut bersaing di tempat yang kurang kompetitif.

Nokia memang menguasai pasar Eropa dan Asia, tapi dengan sengaja ia menghindari Amerika.

Pada saat itu, di Amerika, memang sudah ada Apple dengan iOS dan iPhone-nya, juga Google dengan Android-nya. Bersaing di Amerika yang sudah berdarah-darah (red ocean) mungkin bagi Nokia merupakan keputusan irrasional.

Ketika mampu menguasai Eropa dan Asia dengan mudah, mengapa harus besaing di Amerika?

Teori kedua diungkapkan oleh Pekka Nykanen dan Merina Salminen lewat Project Syndicate.

Mereka meyakini bahwa kesalahan terbesar Nokia pada saat itu adalah ketika memberikan hak eksklusif bagi Microsoft (Windows Phone) sebagai satu-satunya platform yang boleh digunakan oleh ponsel produksi perusahaan Finlandia itu.

Setidaknya ada pelajaran yang busa kita ambil dari kisah tersebut.

Bahwa setiap perusahaan tidak boleh berhenti berinovasi sebagai konsekuensi dari arus persaingan yang ketat. Serta cepat merespon pasar, akan perubahan dan harga.

Belajar dari Uber di Ranah Blue Ocean

Belajar dari Uber di ranah Blue Ocean

CEO Uber, Dara Khorowshahi, mengatakan bahwa mundurnya Uber dari pasar Asia Tenggara dikarenakan perusahaan yang dipimpimpinnya memiliki batasan dalam mendominasi sektor transportasi online di sejumlah negara di dunia.

Persaingan yang terlalu ketat di Asia Tenggara pun juga menjadi salah satu alasan bagi SoftBank dalam mempercepat proses transaksi antara Uber dan Grab.

Perusahaan pendanaan asal Jepang tersebut merupakan penanam modal terbesar Grab sekaligus pemegang saham mayoritas di Uber.

***

Chan Kim, pencetus Blue Ocean, sendiri juga menyadari bahwa strategi ini berisiko dan penuh dengan tantangan. Blue Ocean bukan sekadar strategi diferensiasi, tetapi diferensiasi yang radikal.

Risiko terbesar dari Blue Ocean adalah biaya edukasi konsumen yang bisa panjang dan mahal. Selain itu, diperlukan komitmen dari semua jajaran top management, serta sumber daya yang mumpuni.

Berbisnis bukan hanya bisa menjual produk saja. Namun, berbisnis juga perlu memikirkan dan melakukan hal lainnya dengan tujuan agar bisnis tersebut selalu langgeng dan menguntungkan.

Oleh karena itu, kita perlu mempelajari, setelah itu menerapkan strategi bisnis yang efektif. Baik Red Ocean atau Blue Ocean, keduanya memiliki kelebihan dan kekuarangan.

Keduanya pula memiliki kisah sukses dan gagal para punggawanya. Kembali kepada tujuan dan cara apa yang membuat kamu nyaman dan efektif unuk bisnis yang dijalani.

Sekian, semoga bermanfaat.

Tinggalkan komentar