Menjaga Fokus

Beberapa waktu lalu, saya ngetwit tentang fokus menurut sundut pandang saya.

“Fokus bukan hanya butuh konsentrasi dan semangat Tapi juga butuh konsistensi. Kita tau konsistensi itu ngga mudah. Jadi, fokus itu juga butuh semangat yang terus terjaga, konsentrasi yang ngga mudah goyah. Baru beberapa pekan ngerjain aktifitas A, tapi udah ngga betah dan (ngerasa) ngeliat peluang lain di aktifitas B. Ngga boleh. Ketika udah putuskan mau makan mie ayam, ya ngga usah lirik-lirik warung lain. Milih warung mie ayam emang ngga kaya milih hal lain untuk durasi waktu yang panjang. Seringkali konsistensi kita diuji.”

Kurang lebih itu isi twit saya kemarin. Ada beberapa orang yang retweet, ada yang se-iya se-kata, dan ada juga yang nanya. Satu-satunya orang yang nanya adalah orang yang twitnya kamu baca paling atas itu.

Pertanyaan yang menarik untuk dijawab.

Well, perkembangan teknologi dan cara manusia berpikir sekarang udah jauh lebih pesat, lebih cepat. Internet adalah sunnatullah yang mengiringi pesatnya teknologi, itulah kenapa internet ada. Dari setiap yang sunnatullah, pasti ada baik dan buruk, kita dituntut untuk bisa membedakan dan mengamalkan yang baik.

Sesuatu yang baik tidak cukup hanya diamalkan, apalagi yang berkaitan dengan passion skill, butuh fokus, artinya sesuatu yang harus well organized.

Ada begitu banyak pilihan kebaikan di sekitar kita. Dalam hal ini, saya, sebagai seorang geek (menurut beliau), ada banyak lintasan ide dan pikiran yang berorientasi pada kebaikan. Seperti membangun (dan mengelola tentunya) situs pengetahuan dan kabar Islam; memenuhi panggilan dadakan untuk kebaikan (you know what i mean, semua pernah dan akan terus mendapatkannya); mengumpulkan dan mengkaryakan pekerja kreatif untuk membuat produk komik digital, mempersiapkan websitenya, online payment-nya, menghubungkan para pemilik dana; menjaga situs informasi kota-kota di Indonesia, memantau SDM di dalamnya; dan lainnya, dengan tetap menjalankan kewajiban sebagai kepala keluarga, earning something called money.

And sure, saya harus memilih beberapa judul dari yang banyak tadi, dan konsisten menjalankannya. Ini fokus.

Dalam kondisi seperti ini, saya harus mempunyai SOP sendiri, yang SOP itu saya buat berdasarkan analisis saya tentang bagaimana orang lain melihat diri saya dan kemungkinan yang bisa terjadi ketika mereka datang pada saya. Seperti membuatkan website, optimasi pemrograman, optimasi online marketing, mengisi pelatihan, menawarkan kerjasama penjualan, bertanya – konsultasi – meminta bantuan yang ada kaitannya dengan siapa saya. Kira-kira demikian. Dan ketika kedatangan mereka terlalu jauh dari SOP yang sudah saya buat bagi diri saya, maka saya tidak akan approve, walau bisa jadi sebenarnya memungkinkan untuk dilakukan. Ini fokus.

Bisa dibilang, passion dan skill saya bergerak di bidang industri kreatif. You know, Indonesia belum menjadi tempat yang friendly bagi para pekerja kreatif. Tentu, bagi para pelaku kreatif yang idealis, meng-approve project tidak seperti jualan baju. Lagi-lagi di sini SOP berperan sangat ajaib dalam menyelamatkan seseorang untuk tetap fokus.

Well, its about me, and how about you? :)