Mungkin saya ngga seperti kebanyakan laki-laki lain, saya terbiasa menangis pada momen-momen tertentu, dalam do’a atau teringat hal-hal yang luar biasa, seperti sesuatu yang sifatnya bahagia sampai yang berbau dosa, dengan jenis tangisan yang berbeda tentunya.
Sekitar jam 19.10 malam (4 Maret), saya bersama istri dan 3 bidan (satu diantara mereka bidan senior, namanya mba Yesie Aprillia) akhirnya masuk ke dalam ruang bersalin. Puncak perjuangan selama 10 bulan lebih 5 hari dimulai malam itu.
Open Your Eyes dari Maher Zain menemani sebagai backsound opening perjuangan. Lagu ini menjadi request istri beberapa bulan sebelum proses persalinan. Kadang ia menangis menghayati lantunan lagu ini (yang menurut saya memang menyentuh). Setelahnya, murottal Al Baqarah dari syaikh Al Ghamidy menjadi lantunan yang terus bersuara bersama dengan suara perjuangan dari mulut istri dan 4 orang lainnya di ruangan itu. Saya sambil ikut membacakan (sekaligus muraja’ah) di sampingnya. Berlalu sudah Al Baqarah 116 menit, dilanjut dengan surat yang juga disukai oleh istri, Al Maidah.
Beberapa jam sebelum proses bersalin, saat terjadi kontraksi tiap 2 menit, di mana istri sangat butuh support mental dari saya, kadang saya memberi kalimat penyemangat, kadang juga membacakan potongan ayat dari Al Maidah, dan saya bilang sambil tersenyum, “Lanjutannya gimana?”. Saya ingin dia melanjutkan potongan ayat yang saya lantunkan, dan dia melanjutkannya juga sambil tersenyum.
Selesai Al Maidah yang berdurasi 50 menit, saya memutar kembali Open Your Eyes. Istri terus berusaha mengatur tenaga, dan perlahan kepala anak saya semakin nampak.
Ketika sudah hampir crowning (saat di mana kepala mulai keluar dari jalan lahir), saya ditawari oleh mba Yesie, “Ayahnya mau ikut nolong adek (bayi) ngga?” Dan sesuai kesepakatan dengan istri dan anak bahwa saya akan membantu proses persalinan. Saya mengiyakan pertanyaan mba Yesie.
Saya cuci tangan, membaca basmalah kemudian menempelkan tangan kanan ke bagian bawah dari jalan lahir, sesuai aba-aba mba Yesie. Momen ini terjadi beberapa kali karena tak cukup satu kali ejanan. Pada proses yang ke-sekian, akhirnya kepala keluar dengan wajah menghadap ke bawah (arah anus), lalu sesuai aba-aba mba Yessie saya putar dan saya miringkan ke kanan, yang segera dilanjut satu tarikan nafas istri, dan tubuh mungil dengan berat 3,4kg serta panjang 52cm itu keluar seutuhnya, saya gendong, masih sangat hangat dengan lendir yang licin. Ia mulai bergerak, mba Yesie segera membersihkan hidung dan mulut, tak lama tangisnya pecah.
Di saat yang bersamaan, secara spontan air mata saya meleleh, hati saya bergetar. Masih jelas di ingatan, matanya pertama kali menatap wajah saya, sampai ia menangis. Subhanallah, masya Allah, gumam saya dalam hati berulang-ulang.
Dan malam itu menjadi sejarah bahwa Ibrahim Vatih dan Farid Zakaria menangis bersama dalam nuansa yang luar biasa, sebuah momen (tangis) yang tak terbayang akan kembali terulang.
Setelah ia menangis, segera mba Yesie angkat ke pelukan bundanya, kulit yang saling bersentuhan (skin to skin) dengan ayah bunda memiliki dampak psikologi positif untuknya. Proses IMD dilakukan selama kurang lebih 2 jam. Farid kecil mulai menjilati keringat yang ada di payudara bunda, untuk pertama kalinya ia berkenalan dengan bakteri (positif) yang bermanfaat untuk imun tubuhnya. Proses dilanjut dengan mencari puting payudara bunda. Saya dan istri benar-benar menikmati proses ini.
Selesai IMD, saya lantunkan adzan dan iqomah (terdapat khilafiyah dalam perkara ini, tapi saya pilih untuk melakukannya), dilanjut memberikan do’a sambil memegang ubun-ubunnya.
U’iidzuka bikalimatillahit taammah min kulli syathonin wa haammah wa min kulli ‘aynin laammah
“Aku berlindung untuk anak ini dengan kalimat Allah yang sempurna, dari segala gangguan setan dan binatang, dan dari segala gangguan (tatapan) mata yang membawa dampak buruk.” (HR. Bukhari)
Ada satu bait do’a yang cukup jadi konsen saya dan istri, ketika gangguan dari setan dan binatang sudah menjadi hal yang umum diketahui orang, maka gangguan yang kebanyakan orang lalai adalah wa min kulli ‘aynin laammah, dari segala gangguan (tatapan) mata yang membawa dampak buruk.
Biasanya, ketika seseorang melihat bayi atau anak kecil, mereka berkomentar ih lucu, gembul, gemes, cakep, dll. Do’a di atas diajarkan Nabi SAW, syarah hadits menjelaskan bahwa kebanyakan orang berkomentar demikian (lucu, cakep, dll) disertai kelalaian akan Maha Kuasa Allah.
Sejak ia lahir, para bidan di sekitar sudah memberikan komentar yang kurang lebih seperti itu, secara kompak saya dan istri bersahut-sahutan Subhanallah, Masya Allah, Alhamdulillah, untuk melindunginya dari ‘aynin laammah, tatapan mata yang membawa dampak buruk. Tatapan mata juga ditafsirkan sebagai ucapan dan perbuatan (amal) yang terjadi bersamaan saat tatapan itu terjadi. Tatapan mata yang ditujukan pada sebuah objek (dalam hal ini bayi) disertai ucapan tanpa terlebih dahulu memuji Allah adalah tatapan mata yang berkemungkinan membawa dampak buruk. Mungkin lain waktu saya akan tulis hal ini lebih panjang.
Farid yang sholih, ayah bunda dan saudara serta sahabat selalu mendo’akan dan memberi yang terbaik untukmu. Semoga engkau tumbuh menjadi pribadi yang bermanfaat dunia akhirat. Amin.