Ngomongin soal strategi dalam memasarkan sesuatu (barang, jasa, ide, dll), maka siapa saja bisa mengemukakan teori berdasarkan pengalaman masing-masing (kalau udah punya pengalaman).

Di sini, saya juga mau ikut nimbrung dan berbagi beberapa pengalaman yang selama ini saya lakukan. Proses yang pada akhirnya saya jadikan pola paten ini ngga serta merta ada, pastinya melewati fase trial-error yang bisa dibilang berdarah-darah (buat saya).

Perlu dicatat bahwa apa yang saya tulis ini murni pendapat pribadi berdasarkan pengalaman pribadi dari berbagai studi kasus pribadi juga yang belum tentu bisa diterapkan ke dalam produk kamu.

Semoga sih ada segelintir hikmah yang bisa kamu ambil dari tulisan kali ini.

1. Membuat Portfolio

Hm, apa hubungannya pemasaran dengan portfolio? Kalau kamu berpikir seperti itu (dan bertanya dengan pertanyaan serupa), berarti itu bagus. Sebenernya ini ngga terlalu wow, cuma mungkin kamu ngga terlintas aja.

Portfolio itu merupakan trust dan reputasi. Mereka akan tutup mata untuk membeli apapun yang kamu jual. Semakin berkualitas portfolio yang kamu punya, akan semakin kuatlah posisi kamu di mata konsumen.

Portfolio itu cakupannya luas, dan testimoni hanyalah salah satu dari unsur portfolio. Selain itu, hal-hal ini juga bisa disebut sebagai portfolio.

  1. Public figure yang menjadi konsumen.
  2. Proyek besar yang pernah digarap.
  3. Membuat rekor terbesar, tercepat, terbanyak, dst.
  4. Testimoni pelanggan (seperti yang disebut di atas).
  5. Membangun usaha kedua setelah usaha pertama bisa autopilot (usaha pertama sudah menjadi portfolio).
  6. Silahkan definisikan sendiri, semua prestasi adalah portfolio.

Dengan mempunyai portfolio yang bagus, dan selalu berusaha menjaga track record tetap positif, ini akan menjadi mesin dongkrak marketing kamu untuk produk-produk selanjutnya.

2. Membangun Intangible Assets

foto: unsplash.com

Bahasa Indonesianya adalah aset tak berwujud. Kekuatan intangible assets ini mirip seperti poin pertama (di atas), dan portfolio (poin pertama) hanyalah salah satu variabel dari intangible assets. Coba dibaca lagi kalimat barusan, biar paham, hehe.

Contoh sederhana dari intangible assets adalah perjalanan hidup dan pengalaman kamu sampai dengan detik ini. Pengalaman kamu yang solid akan menjadikan kamu tahu strategi apa yang harus dilakukan untuk memasarkan produk A yang belum tentu bisa dipakai untuk memasarkan produk B, tapi kamu juga tahu hal apa yang harus dilakukan supaya produk B bisa laris maksimal.

Itu kenapa, banyak perusahaan rela mengakuisisi karyawan perusahaan lain dengan biaya perpindahan dan gaji bulanan yang tinggi. Karena perusahaan sudah menghitung apa yang mereka ingin capai.

Contoh lain dari intangible assets adalah network atau jaringan orang-orang yang sudah kamu miliki. Semakin banyak orang-orang hebat dan berprestasi yang kamu kenal, akan semakin bagus kualitas diri kamu. Yang dimaksud kenal di sini bukan satu arah kamu mengenal dia, tapi dua arah dia juga mengenal kamu.

Untuk mempercepat terjalinnya network yang bagus, ada beberapa tempat yang bisa kamu datangi:

  1. Seminar berbayar, tempat ngumpulnya orang-orang berkualitas tanpa harus kamu cari.
  2. Transportasi umum yang kelas eksekutif, ajak ngobrol orang sebelah kamu, dia bukan orang biasa.
  3. Ikut main saham di BEJ alias IHSG, kamu bisa ikut RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham) tahunan, dan ketemu dengan para pemilik saham lainnya. Ya kalau ini modalnya agak besar sih, tapi worth it.
  4. Ikut kursus privat yang diadakan oleh praktisi yang profesional (di bidang apapun yang kamu butuhkan).

Yang pasti kamu harus jemput bola, bukan ndekem di rumah.

Contoh lain lagi, seperti rutinitas saya membangun website misalnya, kemudian website itu menghasilkan sekian-sekian setiap bulan. Maka website ini menjadi portfolio sekaligus intangible assets buat saya.

Hal-hal lain yang bisa disebut sebagai intangible assets diantaranya:

  1. Skill, hal apa yang paling menonjol yang bisa kamu lakukan.
  2. Hablum minallah, punya amalan sunnah yang rutin, buat saya ini juga intangible assets (dunia akhirat malah).
  3. Hak paten atau hak cipta.
  4. Produk digital.
  5. Brand awareness (baca tulisan saya tentang nama brand).

3. Menyediakan Sistem Komisi

Komisi di sini diperuntukkan bagi mereka yang membantu memasarkan produk kita (barang dan jasa). Untuk poin ketiga ini mungkin sudah agak mainstream, tapi masih belum terlalu mainstream, lah.

Masih banyak orang yang enggan untuk ngurusi komisi yang harus diakui memang agak ribet, ditambah lagi ego yang ingin dapat untung besar, akhirnya tidak mau buka sistem komisi.

Sistem komisi ini wujudnya bisa macem-macem:

  1. Afiliasi (affiliate)
  2. Dropship
  3. Agen dan distributor
  4. Broker

Saya menyebut mereka (para pelaku yang membantu memasarkan produk kita) sebagai para partner.

Seperti misalnya saya buka jasa SEO yang salah satu cara menjualnya adalah meminta beberapa kawan saya untuk menjadi broker dengan jumlah komisi yang lumayan besar, minimal 5jt. Kamu juga mau bantu saya dan dapet komisi yang sama? Kontak saya via email ya, hehe.

Terbukti beberapa transaksi jasa itu terjadi hasil dari dipasarkan orang lain.

Yang perlu kamu perhatikan dari membuka sistem komisi ini adalah tingkat impresi dan interaksi antara produk kamu dengan orang lain itu menjadi meningkat drastis (baik secara langsung atau tidak langsung). Para partner akan menjadi jubir secara masif. Mereka yang edukasi pasar, menjelaskan pada calon konsumen, dan menuntun customer sampai closing.

4. Jual dengan Harga Receh

Ini opsional dan tergantung selera masing-masing pemilik produk. Berapapun harga yang ditawarkan, kalau bisa dikemas dengan baik insya Allah ada saja konsumennya.

Honetsly, strategi ini baru akan saya gunakan secara serius dalam beberapa bulan ke depan. Dulu pernah beberapa kali, tapi dulu saya lebih suka jual produk yang harganya mahal-mahal, hehe.

Nilai lebih yang akan kamu dapet ketika kamu jual produk dengan harga receh itu, kamu ngga terlalu pusing mikir strategi atau persiapan dana besar untuk meracik formula pemasarannya.

Jual produk receh itu sesimpel jual gorengan di pinggir jalan. Orang akan rebutan.

Berikut ini beberapa kelebihan yang bisa kamu dapet kalau harga yang kamu patok itu termasuk murah:

  1. Kuantitas pembeli bisa tinggi.
  2. Minim komplain, karena buyer akan maklum, ada harga ada rupa.
  3. Perputaran transaksi bisa sangat cepat.

Apalagi kalau produk yang kamu buat itu bentuknya digital dan subscription. Insya Allah sih sebelum tahun 2018 ini berakhir saya mau luncurkan beberapa produk dengan kriteria seperti ini (digital, murah, subscription).

Dijual dengan harga Rp50.000 saja, dengan harapan pengguna banyak, dan recurring (bayar bulanan).

Coba kamu lihat fiverr.com, rata-rata jasa di sana dijual dengan harga hanya $5 saja.

Adik saya Sa’id Rosyadi juga sudah lama menekuni bisnis harga receh (ia menjual produk fashion muslim-muslimah dengan harga yang terjangkau), dan hasilnya bisa dikatakan cukup sukses. Masih banyak contoh lain pelaku usaha offline yang berhasil menggunakan strategi harga receh ini.

5. Memberikan Bonus yang Wow

Adanya bonus dalam penjualan produk itu udah umum, hampir semua orang menggunakan strategi ini. Tapi kebanyakan yang saya amati itu bonusnya biasa-biasa aja bahkan cenderung gimmick, yang penting ada.

Bonus semacam ini ngga akan menggerakkan orang untuk beli dan ngga akan jadi nilai tambah, yang semacam ini tidak saya sebut sebagai strategi pemasaran. Orang beli produk ngga peduli bonus, karena memang butuh produknya.

Coba luangkan waktu sebentar memikirkan bonus yang benar-benar bisa mendongkrak penjualan. Bukan asal bonus.

Kamu punya produk berkualitas, orang akan beli. Kalau bonusnya biasa-biasa aja (ngga dianggap sama konsumen), ya dia cuma sekedar bumbu ngga penting. Orang tetep beli produk kamu karena kualitasnya.

Jangan hanya puas dengan produk kamu yang berrkualitas. Mentang-mentang merasa produk berkualitas dan pembeli sudah berdatangan sendiri, terus kamu sudah merasa nyaman. Padahal kalau kamu mau mikirkan bonus yang wow, itu bisa mempercepat penyebaran informasi tentang produk berkualitas kamu itu.

Intinya, kalau kamu bisa kasih bonus yang mana bonusnya itu berhasil menarik perhatian konsumen, dia senang, dia benar-benar merasa bonus itu sebagai nilai tambah, maka setidaknya kamu telah membuka 3 potensi ini:

  1. Potensi viral dari mulut ke mulut, bukan sekedar kualitas produknya yang viral, tapi bonusnya juga jadi bahan untuk viral.
  2. Meningkatkan brand awareness.
  3. Mengubah normal customer menjadi loyal customer (yang senantiasa repeat order).

Cara Memberikan Bonus yang Benar

Untuk bisa membuat konsumen menjadi tergerak dan wow, maka minimal kamu bisa memberikan pembanding berupa harga yang clear. Misalnya seperti berikut ini:

Di situ bisa kita baca hanya dengan tambah Rp80.000 bisa dapat bonus celana army. Akan lebih bagus lagi kalau ditampilkan kualitas celana army-nya seperti apa.

Dengan menampilkan seperti itu, kita ingin memberi tahu harga dasar produk, dan harga pasaran celana army yang umumnya di atas Rp150.000 bisa didapat hanya dengan Rp80.000 saja.

Ini cuma simulasi ya, prakteknya ya disesuaikan harga dan rupa-nya.

6. Mengumpulkan Database

Database sangat bernilai.

Fungsinya untuk melakukan up-selling, cross-selling, dan selling-selling lainnya. Setiap kali ada media yang bisa kamu maksimalkan untuk kumpulkan database, lakukanlah.

Logikanya sederhana, orang yang udah pernah beli produk kamu artinya dia memang punya penghasilan, punya dana, punya kemampuan. Ketika someday kamu tawarkan produk yang relevan dengan kebutuhannya, dia akan beli lagi.

Tinggal kamu tentukan saja, data apa yang ingin kamu collects. Seperti:

  1. No HP (melalui form)
  2. Email (opt-in, subscribe)
  3. Akun FB (penggemar, friends, pixel)

Secara umum, strategi pemasaran dengan mengumpulkan database ini baru bisa dilakukan setelah kamu mempunyai offer yang menarik. Tanpa ada offer, orang enggan untuk memberikan datanya pada kamu.

Misal mau ambil data nomor HP, bisa menggunakan offer seperti ini:

[su_note note_color=”#fcf1d2″]Mau dapat ebook blablabla ini? Silahkan isi form di bawah, kami akan kirim file ebook melalui nomor WhatsApp pada hari Senin.[/su_note]

Maka orang akan dengan suka rela mengirmkan data dirinya pada kita.

7. Link Exchange, Berbagi Backlink

Karena saya lebih banyak menghabiskan waktu di dunia online, maka SEO menjadi salah satu strategi pemasaran yang saya kerjakan dengan sangat serius.

Link exchange secara umum sudah mainstream, dan bentuk link exchange yang mainstream itu kira-kira seperti ini,

[su_note note_color=”#f6fcd2″]Saya vatih.com memberikan backlink ke kawan saya webteman.net, begitu juga sebaliknya webteman.net menanamkan backlink untuk saya vatih.com.[/su_note]

Kalau link exchange yang anti-mainstream itu seperti ini,

[su_note note_color=”#eefef6″]Saya mempunyai dua web, yaitu vatih.com dan contoh.com. Kedua web ini sama-sama punya reputasi bagus di Google. Saya meminta pada webteman.net untuk membuat backlink yang mengarah ke vatih.com, dan sebagai imbalannya, saya katakan pada teman saya bahwa webteman.net akan saya buatkan backlink di contoh.com.[/su_note]

Dari skema link exchange di atas saja harusnya kamu sudah bisa paham ya di mana letak perbedaannya. Yang pasti Google bisa dengan mudah mengenali link exchange yang dua arah, dan Google akan menganggap natural backlink yang satu arah.

8. Marketing Langit

foto: unsplash.com

Menyempurnakan ikhtiar agar strategi pemasaran yang kita lakukan berada pada titik yang maksimal. Ngga lengkap rasanya kalau hal-hal semacam ini tidak diseriusi.

Imam Hasan Al Basri rahimahullah pernah kasih nasihat pada kita yang kira-kira begini,

[su_note note_color=”#f9eefe”]Pilih salah satu amalan sunnah, dan jadikan itu wajib untuk diri kita sendiri, yang kalau kita meninggalkannya kita merasa bersalah. Sehingga ketika kita meninggalkannya karena ada udzur, Allah akan tetap menghitung pahala amalan tersebut (karena sudah rutin dilakukan).[/su_note]

Saya ngga mau terlalu panjang jelaskan perkara ini.

Sudah banyak sekali contoh dan nasihat dari orang-orang shalih terhadap perkara ini, kita tinggal mengikuti saja dan rasakan betapa kemudahan-kemudahan akan senantiasa Allah berikan, insya Allah.