Pertengahan Ramadhan kemarin salah seorang santri Sintesa yang lagi pulang liburan kirim WA ke saya. Dia sedang menjalankan tugas dari pesantren untuk membuka peluang kerjasama dengan orang-orang terdekat atau peluang usaha yang menjanjikan.
Berhari-hari keliling dari satu kepala ke kepala yang lain tapi hasilnya masih belum sesuai dengan syarat yang saya berikan ke para santri.
Di Sintesa memang punya standar yang agak lebih dari mainstream kebanyakan. Sesuatu yang menantang emang lebih seru. Membuat denyut nadi jadi makin ndut-ndut.
Sampai akhirnya dia nyerah dan tanya ke saya, gimana sih cara dapetin ide? Hahah.
Well, saya dulu juga kebingungan bagaimana menemukan satu ide bisnis yang prospeknya mencerahkan ketika dijalankan melalui online? Pertanyaan yang saya pikir juga banyak melekat di kepala kamu.
Sebenarnya, semua bisnis yang valid di offline hampir bisa dibawa ke online.
Nah, di sini saya mau jelaskan bagaimana proses yang selama ini saya lakukan jika ingin mendalami suatu ide yang terlintas. Bagaimana cara saya mengetahui bahwa ide itu harus ditandai dengan garis merah (penting) atau tidak.
Dapatkan Sekelebat Ide
Pertama, ya sering-sering saja mengamati sesuatu secara lebih seksama. Misal saja mobil-mobil yang lewat, dari sekian banyak mobil pasti akan ada satu-dua mobil yang akhirnya menimbulkan tanya dalam benak sesaat seketika mobil itu melintas di hadapan kamu. Mobil yang berhasil menarik perhatian kamu.
Entah apa itu, ya tergantung kamu.
Atau hal-hal lainnya. Seperti ketika kamu sedang kunjung ke suatu rumah makan yang ramai, mencari tahu sebab mengapa tempat itu bisa sangat ramai. Kapan berdirinya, siapa pemiliknya, kira-kira berapa statistik real time (jumlah pengunjung) saat kamu sedang berada di tempat itu, untuk mendapatkan rata-rata pengunjung harian (soalnya ini bukan WordPress yang ada Jetpacknya, hehe).
Atau yang paling sering adalah ketika sedang scrolling di browser, baik di Facebook atau tempat-tempat lainnya. Ada begitu banyak hal menarik yang bisa kamu temukan dan sangat berpotensi menjadi sekelebat ide.
Dari sekelebat inilah sesuatu yang besar bisa diciptakan.
Validasi Pasar
Jangan pernah berasumsi sendiri, karena bisnis adalah angka pasti, maka wajib bagi kamu untuk mencari tahu apakah sekelebat ide kamu itu ada yang membutuhkan atau tidak di pasar online, khususnya di SEO.
Validasi pasar paling simpel adalah dengan memanfaatkan Google Keyword Planner. Dengan melihat berapa pencarian keyword tersebut selama 1 bulan.
Misal pencarian bulanan ada 320, maka kemungkinan transaksi yang terjadi adalah 32. Sejauh pengalaman saya, rata-rata closing melalui SEO adalah 10%, tapi seringkali lebih. Dari pengalaman itu, maka didapat bahwa dalam 1 bulan akan ada potensi closing sebanyak 32 kali.
Disclaimer: Kalau keywordnya salah ya justru malapetaka, pengunjung banyak tapi closing sangat minim atau bahkan tidak ada.
Lalu, berapa keuntungan yang bisa didapat untuk setiap transaksi? Ya tergantung kamu lah, mau jual di harga berapa.
Begitulah kira-kira proses validasi pasar. Ketemu sampai hitung-hitungan pastinya, berdasar sumbernya langsung (Google).
BACA JUGA: Traffic Kecil Penghasilan Besar
Jalin Komunikasi dengan Orang Terdekat
Komunikasi yang dibangun bertujuan untuk melanjutkan hasil dari validasi pasar.
Jangan tergesa-gesa membangun bisnis dengan saudara, apalagi jika masih sama-sama new comer di bisnis yang mau dijalani. Persentase untuk berujung pada malapetaka jauh lebih besar jika kamu membangun bisnis dengan siapapun yang new comer (termasuk saudara). Lalu bagaimana cara memulai bisnis yang baik? Ya lakukan seorang diri tapi minta banyak saran dari orang-orang sekitar, baik dari expert maupun new comer.
Jangan sampai hubungan saudara rusak karena bisnis. Bertemu dengannya jadi tidak enak, jadi ada jarak, dan semacemnya.
Yang saya maksud dengan jalin komunikasi adalah kepada mereka yang sudah sejalan dengan sekelebat ide, terlebih lagi sudah bertahun-tahun bergelut di bidang tersebut. Bukan newbie.
Misal sekelebat ide yang kamu dapatkan adalah “meubel” atau “furnitur”, kamu gali informasi melalui orangtua, punya saudara yang berbisnis meubel atau tidak, atau kenalan teman yang berbisnis di bidang itu.
Jangan jauh-jauh mencari keyword dan partner negeri seberang dulu (baca: luar kota), lihat di sekeliling atau sekitar kamu. Kalau belum apa-apa sudah lontang sana lontang sini ya malah repot, dana yang kamu punya bisa jadi habis di jalan.
Paling enak itu bisnis bareng saudara yang sudah sama-sama paham dari hulu ke hilirnya. Saya punya banyak teman yang bisa kokoh membangun bisnis bersama saudara atau teman masa kecil, dan berhasil. Saya juga melakukannya. Intinya ikuti rule di atas.
Dengan adanya rekomendasi, menjadikan kamu lebih mudah ketika kerjasama terjalin. Dengan adanya hubungan darah, menjadikan kamu lebih dekat saat menjalin kerjasama.