Bahasa adalah hal yang sangat dinamis, perubahannya begitu cepat. 10 tahun lalu, hari ini, dan 10 tahun yang akan datang, cara berkomunikasi setiap orang sudah mengalami banyak perubahan.

Bahkan, hampir setiap periode bermunculan istilah dan kosakata baru. Bukan hanya di bahasa sleng (ngga baku), tapi juga ada begitu banyak perubahan di KBBI dari masa ke masa.

Kali ini saya akan bahas beberapa kata dan frasa yang dalam situasi kondisi tertentu tidak tepat untuk digunakan, karena berpotensi merusak relationship dan bisnis.

1. Menurutmu?

Meminta pendapat pada orang lain itu bagus, tapi tidak selalu demikian. Kadang kata menurutmu ini jadi ngga enak untuk di dengar, misal ketika kita mau makan malam bersama pasangan dan kalian bingung mau makan apa. Daripada tanya “Menurutmu?” lebih baik to the point “Makan ayam geprek aja yuk!”

Juga, pertanyaan menurutmu ini ngga bisa sembarangan disampaikan. Misal ke orang yang kita belum terlalu tahu kapasitas-kredibilitas, atau bahkan jelas kita tahu dia bukan dalam kapasitas mengemukakan pendapat tentang itu.

Konsekuensi bertanya menurutmu itu lumayan berat. Kamu (seperti) harus ikut mempertimbangkan pendapatnya terhadap pengambilan sebuah keputusan. Yang kalau tidak diakomodir berpotensi menyakiti perasaannya.

Ribet kan? Lol.

2. Cuma Becanda

Menurut saya, ini termasuk yang paling worst sih ya.

Kadang, kebiasaan kita dalam guyonan itu ngga bisa kita filter. Nyeplos begitu aja, kadarnya ngga jelas. Baru kerasa beberapa detik setelahnya, yang dalam hati kamu bilang, “Kayaknya tadi berlebihan deh.”

Kita juga ngga pernah tahu kan kondisi hati orang yang saat itu sedang kita ajak becanda. Bisa jadi dia sedang dirundu duka tapi ngga cerita sama kita. Habis kehilangan HP, laptop, file kerjanya terhapus, dll.

Sikap yang semacam itu akan jadi poin tersendiri bagi lawan bicara. They will never forget about the jokes.

3. Kayaknya

Kalau kamu yakin dengan apa yang akan kamu sampaikan, jangan rusak kemantapan pendapatmu itu dengan menambahkan kata kayaknya di sana.

Coba perhatikan 2 kalimat berikut,

Kamu lebih percaya sama yang satu atau dua?

Kayaknya ngga percaya dua-duanya ya, soalnya ngga ilmiah (dan kalimat ini pun ada kayaknya juga).

Hmm, begitu pokoknya. Kamu pasti ngerti maksud saya.

4. So?

Saya sendiri sering kesel kalau lawan bicara saya bilang “Terus?” atau “So?”

Frasa ini sebenernya ngga terlalu berbahaya sih, cuma perlu liat sikon aja.

Kata ini akan secara drastis mengubah mood lawan bicara. Kemungkinan besar diskusi atau obrolan setelah itu akan sangat menurun kualitasnya. Pastikan untuk lebih cermat menggunakan frasa ini. Apakah sedang membahas hal yang serius atau ngga.

5. Terserah

Kata ini sangat berbahaya kalau keluar dari mulut perempuan. Sangat multitafsir. Yang kadang-kadang, mereka sendiri ngga bisa menjelaskan apa maknanya.

Tapi dalam komunikasi secara umum, kata ini juga berbahaya untuk diucapkan. Biasanya kata ini terucap saat lawan bicara memberikan opsi A, B, atau C, dan kamu menjawab terserah.

Kamu terkesan tidak peduli dengan lawan bicara, meski kamu sebenernya bermaksud mengatakan, “Yang mana aja saya ngga masalah.” Tapi mulailah untuk tidak mengucapkannya terlalu sering.

Berikanlah pendapat dan tanggapan yang lebih hidup dari sekedar kata terserah.

6. Saya Bingung

Ini lebih parah dari kayaknya di atas. Karena ini jelas menunjukkan di mana posisi kamu.

Daripada mengucapkan, “Saya bingung, hasilnya kok seperti ini?”

Lebih baik menggunakan, “Saya sudah melakukan sesuai petunjuk, tapi kenapa hasilnya mengecewakan?”

Sama-sama menyadari berada dalam hasil yang tidak bagus, tapi 2 kalimat di atas punya makna dan gambaran yang berbeda.

Kalimat pertama, ia bingung dan lawan bicara tidak tahu apa saja yang sudah dia lakukan. Kalimat kedua, ia sudah do the best, tapi masih belum beruntung dan lawan bicara akan respek sambil ikut membantu as a team.

7. Menurut Saya

Jangan pernah menggunakan menurut saya kalau kamu tidak menyertakan data-data yang valid terhadap menurut saya-mu itu. Karena kesannya nanti akan jadi subjektif, dan itu ngga bagus bagi diskusi yang tujuannya untuk mengambil keputusan.

Data valid ini ngga harus ilmiah ya, bisa juga berdasar pengalaman diri sendiri dan orang lain.

Misalnya, “Menurut saya hal ini ngga masalah, soalnya saya pernah melakukan hal serupa dan hasilnya bagus. Ada juga teman saya owner merk/brand menggunakan cara itu dan berhasil.”

Apalagi kalau emang secara ilmiah juga sejalan.

Menurut saya yang tidak disertakan data valid itu agak geli-geli gimana gitu. Sebaliknya, yang disertakan data valid akan membuat saya kagum terhadapnya.

***

Segitu aja.