Salah seorang penulis sekaligus peneliti yang saya lupa namanya, pernah mengamati dan mewawancara orang-orang sukses di negara-negara US sana (skala lokal dan nasional), terkait dengan gaya hidup yang mereka lakukan sehari-hari.

Tanpa ada kesepakatan, tanpa ada rekayasa, secara umum jawaban mereka mirip dan serupa. Padahal diwawancara di tempat berbeda dan tidak saling ketemu.

Penulis menyimpulkan bahwa orang-orang sukses mempunyai pola gaya hidupnya sendiri ketimbang kebanyakan orang lainnya. Salah satunya tentang bagaimana cara mereka mengatur keuangan dan apa yang mereka lakukan untuk bisa menghemat uang yang mereka kelola.

Insya Allah 16 poin ini sudah dan akan terus saya kerjakan.

1. Tunggu 2 Minggu

Kalau punya keinginan untuk membeli sesuatu (produk/barang), jangan buru-buru langsung harus beli. Bisa jadi rasa ingin beli itu cuma keinginan sesaat yang ternyata produk atau barang itu belum terlalu kamu butuhkan.

Caranya gampang, tunggu sampaai 2 minggu kemudian, kalau masih kuat tingkat keinginan untuk belinya, bisa jadi memang barang itu kamu butuhkan untuk produktifitas (mungkin), jadi ya beli aja kalau emang ada dananya.

Ini cara yang terbukti efektif untuk menghemat keuangan pribadi, karena faktanya rasa ingin beli sesuatu itu seringkali muncul mendadak dan kurang pertimbangan (ngga rasional).

2. Beli Barang Bekas

Barang bekas itu asik. foto: @januprasad

Ada banyak sekali barang second hand yang masih mulus, masih like a brand new.

Orang lain ngga terlalu peduli juga barang yang kamu beli itu baru atau bekas, toh yang pakai dan ngerasain kan kamu. Ini ngga make sense kalau alasan kamu adalah untuk menjaga gengsi.

Buang jauh-jauh itu yang namanya gengsi.

Dengan membeli barang bekas, berapa ratus ribu atau bahkan juta uang yang bisa kamu hemat saat itu? Angka yang lumayan pastinya.

Yang kita beli adalah fungsi, bukan beli gengsi.

3. Minimalisir Barang Tersier

Seperti di pelajaran IPS dulu tentang kebutuhan primer, sekunder, tersier.

Kalau perlu barang-barang tersier ini tidak ada di rumah, tidak kita beli. Karena seringkali barang-barang tersier ini tersedia di tempat umum. Bisa kita sewa, bisa kita gunakan dengan biaya murah. Apalagi barang semacam ini tidak kita manfaatkan setiap hari.

Contoh barang atau fasilitas tersier ini adalah:

  1. Kolam renang. Oke saya tau, mayoritas pembaca di sini kayaknya juga ngga akan buat kolam renang wkwk. Ini kan hanya contoh. Mau berenang ya cukup bayar 10rb-50rb ke kolam renang, yang belum tentu sebulan sekali
  2. Sebagian peratalan masak seperti oven, presto, dst
  3. Mesin khusus cuci mobil
  4. Alat-alat pijat elektronik yang harganya kebanyakan maknyus itu. Mau pijat ya ke tukang pijat aja, murah. Istirahat yang cukup, pola makan bagus, insya Allah jarang capek/pegel.
  5. Peralatan gym, mungkin
  6. Peralatan pecinta alam, sewa aja
  7. Jam tangan, kalau saya ini masuk tersier. Secara jam di mana-mana ada, di HP juga ada. Paling gampang tanya orang sebelah XD
  8. Masih banyak lagi. Segala yang terkait dengan gaya hidup itu potensi negatifnya lumayan tinggi.

Kalau mau beli ini gunakan rumus tunggu 2 minggu di atas. Supaya kamu benar-benar tahu bahwa barang yang mau kamu beli ini posisinya berada di primer, sekunder atau tersier.

4. Unfollow Toko Online

Trik lain yang bisa kamu lakukan untuk mengelola dan menghemat keuangan yaitu tidak terhubung dengan toko online.

Kalau sekarang ini masih terhubung maka lakukan hal-hal ini:

  1. Uninstall aplikasinya
  2. Unfollow sosial medianya
  3. Unsubscribe emailnya
  4. Pasang Ad Blocker di browser kamu

Pokoknya matikan segala notifikasi dari mereka, jangan biarkan penyakit rasa ingin beli itu muncul disebabkan godaan dari toko online.

5. Investasi Ilmu dan Networking

Kalau ada uang, justru yang prioritas kamu lakukan adalah berinvestasi untuk keperluan upgrade ilmu dan berkenalan dengan banyak orang.

Sering-sering lah ikut seminar, tapi juga tetap selektif. Ngga semua seminar itu berbobot, ngga sedikit seminar yang isinya pepesan kosong. Minta rekomendasi orang lain terkait seminar yang mau kamu ikuti. Supaya waktu, pikiran, tenaga, dan uang yang kamu keluarkan ngga mubadzir.

6. Tidak Berlebihan dalam Nyumbang

foto: theshoppersweekly.com

Sedekah, berbagi, menyisihkan sebagian rejeki, itu adalah perintah agama. Dianjurkan, tapi tetap dilakukan dengan perhitungan yang matang.

Yang paling gampang contohnya adalah nyumbang walimahan.

Kalau kamu sudah berumah tangga, kamu ngga bisa lepas dari hajatan di masyarakat. Yang kalau ngga masukin amplop itu rasanya pekewuh (ngga enak).

Solusinya ya kasih sumbangan amplopnya jangan banyak-banyak. Kita hanya kasih 20.000 itu sebenernya sudah cukup lho. Ya kita lihat juga siapa yang punya hajat kan, untuk nominal tinggal disesuaikan.

Batasi alokasi untuk sumbangan setiap bulannya, yang kalau sudah menyentuh plafon sebaiknya tidak dipaksakan untuk nyumbang lagi.

7. Selalu Cari Harga Pembanding

foto: John Moeses Bauan

Menghemat uang bisa mudah dilakukan kalau kamu punya kebiasaan yang konsisten untuk selalu cari info harga di tempat lain, toko lain, seller lain.

Belinya bekas, pakai pembanding pula, insya Allah bisa dapat yang termurah dari yang sudah murah. Semakin banyak uang yang bisa kamu hemat, dan itu bagus.

8. Menetapkan Anggaran Keuangan Bulanan

Supaya ngga asal-asalan ketika mengeluarkan uang, maka perlu dirinci kebutuhan pokok bulanan kamu apa saja. Kalau bisa dibuat seminim mungkin, sehemat mungkin.

Jadikan itu sebagai patokan uang bulanan minimal, sehingga jelas ketika bersinggungan sama kebutuhan yang urgen dan mendadak, tidak terlalu jauh dari batas uang bulanan yang sudah disepakati.

9. Selalu Cash, Jauhi Kredit

Kredit (menurut saya) adalah satu dari sekian banyak penyakit dalam gaya hidup masyarakat modern. Alhamdulillah saya ngga ada kartu kredit, ngga ada kebiasaan beli kredit. Selalu berusaha cash sebisa yang saya mampu.

Kalau belum ada cash ya ditunda dulu, sabar. Kumpulkan cashnya, beli kemudian.

Percayalah, ini bisa sangat membantu kamu dalam mengelola keuangan secara hemat dan efisien.

10. Kurangi Naik Kendaraan Pribadi

Di era ojol (ojek online), hal ini semakin enak untuk dilakukan. Berbagai kelebihan yang akan kamu dapet dengan memanfaatkan keberadaan Gojek dan Grab.

  1. Kamu ngga harus bingung parkir kendaraan
  2. Apalagi bayar parkirnya
  3. Ngga khawatir onderdil kendaraan dicuri, apalagi kendaraannya
  4. Ngga kejebak macet
  5. Bisa langsung turun di lobby atau bagian depan dari tempat yang kamu kunjungi, ngga usah muter ke belakang, ke samping, dst.
  6. Lebih hemat pengeluaran BBM(?), saya belum hitung sih, tapi kayaknya iya XD

Sekali keluar menggunakan kendaraan pribadi, bayar parkirnya aja bisa beberapa kali.

Untuk perjalanan jauh, masih oke lah kalau naik kendaraan pribadi, dengan berbagai pertimbangan masing-masing. Misal saya dan keluarga mau family time ke Jogja (dari Magetan). Karena anak udah 3 jadi agak repot kalau naik kereta, ngawasi anak-anak pas di dalam keretanya itu susah. Lebih gampang kalau dikurung di mobil selama perjalanan.

Sampai hotel, turinin barang.

Ketika mau keluyuran ke berbagai destinasi, cukup pakai Gocar atau Grab, lebih praktis.

11. Sering Jajan di Luar Itu Boros

foto: unsplash.com/@rawpixel

Masak sendiri di rumah memang agak repot (mungkin), tapi keuangan kamu bisa lebih hemat. Kontrol segala desire yang hakikatnya kurang menguntungkan untuk kamu lakukan.

Bayangkan saja, satu porsi nasi rames yang dijual dengan harga 12 ribu itu, berapa modalnya? Umumnya setengah dari harga jual, kurang lebih 6-7 ribu rupiah.

Itu nasi rames lho, belum lagi kalau njajan yang mahal-mahal, fast junk food misalnya.

12. Hindari Persaingan Gaya Hidup

Ini yang sebelumnya saya katakan masalah gengsi. Gaya hidup kita seringkali terpengaruh oleh lingkungan. Teman kerja, tetangga, saudara.

Kita ingin tampil lebih dari yang lain. Minimal sama lah.

Pikir aja, apa untungnya buat kita? Gaya hidup ngga bikin kita jadi lebih pinter, ngga bikin jadi lebih tenang. Cuma kepuasan sesaat yang minim manfaat.

Tampil minimalis dengan kaos harga 20rb-an dan aksesori lain di bawah 100rb-an. Kalaupun ada barang-barang di atas 200rb, jumlahnya yang wajar saja, bukan untuk dikoleksi.

Sepatu semi formal misalnya, cukup 1 atau 2 untuk dipakai di banyak acara dan perkumpulan.

13. Gunakan Aplikasi Untuk Mengelola Keuangan

Mencatat setiap pemasukan dan pengeluaran adalah gaya hidup orang-orang yang sukses (secara materi). Itu udah jadi habits mereka. Naluri hidup.

Sekarang ini ada banyak aplikasi yang bisa membantu kita untuk menghemat keuangan pribadi dan keluarga. Yang dipakai oleh istri saya adalah Money Lover. Kita beli yang versi premium (murah kok) dan alhamdulillah udah cukup lama tool ini menemani kita dalam mengelola dana-dana yang keluar dan masuk.

14. Tanpa TV

Kenapa hal yang satu ini saya masukkan? Ya saking banyaknya efek negatif yang terdapat pada benda satu ini, yang salah satunya adalah kemampuannya dalam mendistruct diri kamu dalam masalah keuangan.

Kalau hal negatif yang berkaitan langsung dengan masalah finansial, ngga banyak, hanya 2 poin, yaitu:

  1. Wasting time, padahal time is money
  2. Bayar bulanan, kalau TV-nya berlanngganan

Selain itu, ada banyak lagi segudang alasan kenapa hidup kamu bisa jauh lebih bermanfaat tanpa ada TV di rumah.

15. Hanya Belanja yang Sudah Ditentukan

foto: Anne Preble

Sebelum berangkat ke pusat perbelanjaan, sangat disarankan untuk mencatat item lebih dulu. Minimal ada komitmen hanya akan beli barang yang sudah ditentukan.

Kalau tidak dibiasakan seperti ini, seringkali kita ambil item-item yang baru “kelihatan” ketika kita ada di TKP yang sebenarnya tidak perlu. Istilahnya gelap mata alias kalap.

16. Belajar Untuk Mengatur Keuangan

Bisa karena biasa, dan biasa karena belajar. Sejauh ini kamu sudah cukup tahu langkah apa saja yang bisa kamu lakukan untuk menghemat uang yang kamu miliki, tinggal belajar untuk mengamalkannya.

Pekerjaan yang sepertinya sepele ini awalnya terasa berat karena akan menjadi rutinitas harian yang terus dilakukan sampai akhir hayat. Tapi bukan berarti ngga bisa.

Setelah ilmu dan pengetahuan, yang kamu butuhkan selanjutnya adalah sabar dan istiqomah.

Selamat praktek!