Sukses dan kaya raya adalah salah satu topik yang paling banyak dicari orang. Kita semua ingin tahu apa saja kebiasaan orang sukses.
Kita pun dengan mudah dapat menemukannya baik di internet, majalah maupun televisi.
Dari ungkapan klise hingga yang tak pernah terpikir sebelumnya, kitalah yang bisa memilah informasi tersebut untuk bisa dipraktekkan.
[toc]
Bagi saya, pengalaman mengajarkan segalanya. Kita dapat belajar dari orang sukses di dunia dan Indonesia. Mari intip 10 orang terkaya versi Forbes berikut:
- Jeff Bezos (Amazon)
- Bill Gates (Microsoft)
- Warren Buffett (Berkshire Hathaway)
- Bernard Arnault (LVMH)
- Carlos Slim Helu (Telmex)
- Amancio Ortega (Zara)
- Larry Elisson (Oracle)
- Mark Zuckerberg (Facebook)
- Michael Bloomberg (Bloomberg)
- Lary Page (Google)
Kebiasaan Orang Terkaya Nomor Dua Dunia
Belasan tahun lalu, seorang pemuda 13 tahun mulai mengerjakan komputer pertamanya. Dia menghabiskan waktu berjam-jam membungkuk di atas mesin dan merasa terpesona dengan apa yang bisa dilakukannya.
Tak lama, dia belajar kode pemrograman dan mengembangkan sebuah program yang dapat bermanfaat bagi umat manusia.
Pada usia 18 tahun ia adalah mahasiswa pintar dari dari salah satu Universitas paling bergengsi di dunia, yaitu Harvard University.
Namun ia memilih keluar untuk memulai sebuah perusahaan bernama ‘Micro-Soft’ dengan teman lamanya. Pada saat itu, banyak orang kecewa akan keputusannya.
Namun saat ini, semua orang tak ada yang menyesali keputusannya. Ia telah menjadi salah satu orang terkaya di dunia, yang dermawan, bernama Bill Gates.
Dari Bill Gates kita dapat belajar bahwa penting untuk percaya pada diri sendiri, berhenti membandingkan hidup kita dengan orang lain, dan ingatlah bahwa kegagalan hanyalah langkah pertama menuju kesuksesan.
Dengan keahlian bisnis dan hasrat untuk membantu orang lain, Gates adalah inspirasi hidup bagi wirausahawan pemula di seluruh dunia.
Dalam pidatonya di Harvard pada 2007, Gates mengatakan kepada lulusannya:
“Tentukan tujuan dan temukan cara untuk mendapatkannya. Yang paling penting adalah jangan pernah berhenti berpikir dan bekerja.
Jika kamu tidak menghidupi mimpimu, maka orang lain yang akan mengambil alih impianmu.”
Setelah belajar dari para orang sukses dunia, jangan lupa di negara kita juga terdapat para Crazy Rich. Sekarang mari kita intip siapa saja 10 orang sukses di Indonesia versi Forbes.
- Budi dan Michael Hartono (Djarum Group)
- Susilo Wonowidjojo (Gudang Garam)
- Eka Tjipta Widjaja (Sinar Mas)
- Sri Prakash Lohia (Indorama Corporation)
- Anthony Salim (PT Indofood Sukses Makmur)
- Sri Dato Tahir (Mayapada Group)
- Chairul Tanjung (CT Corp)
- Boenjamin Setiawan (Kalbe)
- Jogi Hendra Atmadja (PT Mayora)
- Prajogo Pangestu (PT Barito Pasifik)
Inspirasi Orang Terkaya Nomor Tujuh Indonesia
Dia terkenal dengan sebutan Si Anak Singkong. Kesuksesannya tidak berasal dari warisan atau harta yang jatuh tiba-tiba. Kesuksesan yang didapatnya adalah hasil dari kerja keras dan semangat pantang menyerah.
Pengalaman bisnis Chairul Tanjung dimulai pada saat kuliah. Usaha yang dijalankan pada saat kuliah adalah jualan buku kuliah, kaos, jasa foto kopi, peralatan laboratorium dokter.
Apakah semuanya berjalan sukses? Percaya atau tidak usaha yang dijalankan oleh Chairul Tanjung muda juga pernah mengalami kebangkrutan.
Namun ia tak terpuruk akan kegagalannya. Ia bangkit, dan kini membawahi sejumlah perusahaan besarnya dalam CT Corp, yang melingkupi: Mega Corp, Trans Corp, dan CT Global Resources.
Kuncinya, menurut Chairul Tanjung yang dikutip dari bukunya yang berjudul Si Anak Singkong:
“Tidak ada kesuksesan yang bisa dicapai seperti membalikkan telapak tangan.
Tidak ada keberhasilan tanpa Kerja Keras, Keuletan, Kegigihan, dan Kedisiplinan.
Hal itu juga harus dibarengi dengan sikap Pantang Menyerah dan Tidak Cepat Putus Asa.
Semua cita-cita dan ambisi hanya bisa direngkuh apabila kita mau terus belajar berbagai hal, di mana pun dan kepada siapa pun”.
Itu semua adalah kunci dari kebiasaan orang sukses menurut Chairil Tanjung.
Apa Ilmu yang Bisa Diambil dari Para Crazy Rich?
Setelah melihat daftar para Crazy Rich dunia dan Indonesia, mungkin kita jadi bertanya-tanya;
- Sebenarnya apa rahasia sukses mereka?
- Bagaimana cara berpikir orang-orang sukses?
- Apa saja point-point yang bisa diambil dari kebiasaan orang sukses?
- Mengapa hanya sekian persen saja populasi di dunia yang bisa kaya raya seperti mereka?
Steve Siebold, seorang miliarder dan penulis buku How Rich People Think, mengatakan bahwa, “Untuk menjadi kaya, saya harus belajar berpikir seperti orang kaya. Begitu saya mengubah pemikiran saya, uang mulai mengalir.”
Ia juga menekankan bahwa “Satu-satunya cara untuk belajar berpikir seperti orang kaya adalah dengan mempelajarinya.”
Nah, mari kita belajar dari para Crazy Rich.
Simak 5 kebiasaan orang sukses yang bisa kita tiru..
1. Orang Sukses Ngga Bergantung pada Satu Sumber Penghasilan
Orang terkaya fokus pada penghasilan, dan biasanya mereka tidak puas dengan satu sumber pendapatan.
Seperti yang ditemukan penulis Thomas C. Corley dalam studi multi-tahunnya tentang jutawan self-made, orang kaya tidak bergantung pada satu sumber penghasilan tunggal.
Hal itu ia tulisakan dalam karyanya yang berjudul Change Your Habits, Change Your Life.
Faktanya, “65% orang kaya memiliki setidaknya tiga aliran pendapatan sebelum menghasilkan pendapatan bernilai jutaan dolar pertama mereka,” kata Corley, yang menjalani berbagai pekerjaan seperti penyewaan real-estate, kerja sampingan atau pekerjaan paruh waktu.
Pakar keuangan pribadi Ramit Sethi menulis dalam bukunya I Will Teach You to Be Rich, bahwa:
“Rata-rata jutawan berinvestasi 20% dari pendapatan rumah tangga mereka setiap tahun. Kekayaan mereka tidak diukur dengan jumlah yang mereka hasilkan setiap tahun, tetapi dengan seberapa banyak yang mereka telah tabung dan investasikan dari waktu ke waktu.”
Orang-orang kaya mempunyai akses kepada banyak jenis investasi yang tidak diketahui oleh orang-orang selain mereka sendiri.
Pernah tahu Closed-End Funds? Sebuah cara investasi jangka panjang (biasanya jangka waktu minimal lima tahun) yang sering dipakai oleh orang sukses di berbagai negara di dunia.
Penyewaan pesawat terbang merupakan salah satu area investasi yang berpeluang besar, kata Ian Marsh, CEO firma pengelola keuangan Fleming Family and Partners yang berpusat di London, yang awalnya dibentuk untuk mengelola kekayaan Ian Fleming, pencipta tokoh James Bond.
Kliennya bekerja dengan sebuah perusahaan bernama Doric, yang menggunakan uang untuk membeli pesawat yang disewaikan ke perusahaan penerbangan besar seperti Emirates Airlines yang berkantor di Dubai.
Para investor ini akhirnya akan mendapatkan uang mereka ketika pesawat dijual, tetapi mereka bisa mendapat bunga 9% per tahun selama masa sewa itu.
Bandingkan dengan standar keuntungan tahunan untuk perusahaan Standard and Poor’s S&P 500 —patokan investasi saham utama di Amerika— sekitar 3%.
Beberapa closed-end funds menyaratkan jumlah ratusan ribu dolar, tapi untuk dana sewa-beli pesawat, biaya untuk memulainya cukup masuk akal, kata Marsh.
Seri investasi SKY CLOUD – yang membeli pesawat Airbus A380-800s dan menyewakannya kepada Emirates Airlines– memiliki investasi minimum 10.000 Euro (US$ 13.822) dan satu pungutan biaya 5%, tergantung berapa jumlah yang investasinya.
Para investor super kaya di Inggris Raya dan di mana-mana juga membeli tanah pertanian.
Dengan meningkatnya jumlah populasi manusia, permintaan makanan turut meningkat dan orang-orang yang punya tanah pertanian yang baik akan mendapat keuntungan besar, kata Marsh.
Tanah subur merupakan sumber daya yang terbatas: semakin sulit sesuatu didapat maka semakin besar keuntungannya.
Menurut Marsh, tanah yang subur bisa mendatangkan keuntungan sekitar 4% setahun untuk investor dan tambahan penigkatan nilai seiring dengan jalannya waktu.
Beberapa investor tetap dapat menanamkan modal di pembelian pesawat atau membeli tanah pertanian, tetapi ada beberapa penanaman modal jangka panjang yang menawarkan investasi di infrastruktur global, seperti pada minuman anggur.
Ada juga beberapa perusahaan publik yang sahamnya bisa Anda beli di pasar modal. Misalnya Gladstone Land yang merupakan perusahaan publik Amerika Serikat yang membeli tanah-tanah pertanian.
Hal ini senada dengan ungkapan salah seorang investor sukses yang berkata,
“Berhentilah khawatir tentang kehabisan uang. Fokus pada bagaimana menghasilkan uang lebih banyak.”
2. Investasi Leher ke Atas Adalah Prioritas Orang Sukses
Robert T. Kiyosaki, dalam Rich Dad Poor Dad, menjelaskan bagaimana belajar tanpa henti adalah kunci untuk menjadi kaya.
Orang kaya sejati menjadi kaya, artinya, mereka telah membangun kekayaan mereka melalui berbagai keterampilan yang harus mereka pelajari dengan penuh rintangan.
Perbedaan kebiasaan orang sukses dengan kebanyakan orang adalah bahwa orang sukses dengan sengaja memutuskan untuk terus belajar selama masa hidup mereka hidup.
Tentang investasi leher keatas, ini bukan hanya tentang investasi orang kaya. Ini juga bisa dalam lingkup sebelum kaya atau sebelum sukses.
Contohnya, Jeff Bezos saat sebelum menjadi orang terkaya di dunia. Siapa sangka sebelum mendapatkan gelar sebagai orang terkaya nomor 1 di dunia dengan harta USD 120 miliar (setara Rp1.652 triliun).
Juga Belajar dari Pengalaman Hidup
Jeff pernah bekerja di McDonald saat berusia 16 tahun.
Bekerja sebagai juru masak di McDonald, Jeff belajar banyak hal. Salah satunya adalah bagaimana caranya melayani pelanggan. Sebagai pribadi cerdas, Jeff belajar banyak hal secara detail selama bekerja di sana.
Hal-hal yang ia pelajari selama bekerja di McDonald ia manfaatkan untuk usaha yang ia jalani sekarang.
Jeff menyadari bahwa memberikan pelayanan terbaik bagi pelanggan adalah hal utama yang perlu diperhatikan dalam menjalankan usaha.
Oleh karena itulah, ia menjadikan pelayanan sebagai prinsip utama Amazon. Jeff percaya bahwa setiap orang dapat belajar dari manapun, dan apapun yang dikerjakan harus dilakukan dengan sungguh-sungguh, dimanapun kamu berada.
Dengan demikian, kamu dapat menyerap ilmu lebih cepat dan mampu mengaplikasikannya di kemudian hari. Point penting dari kebiasaan orang sukses adalah: Mereka berdedikasi untuk peningkatan diri, kata Corley.
Membaca buku tentang topik yang tidak dikenal, mengikuti kelas atau bergabung dengan grup jejaring lokal adalah cara yang bagus untuk mengembangkan keterampilan baru.
3. Orang Sukses Ngga Suka Pamer
Ada satu fakta menarik yang disajikan Business Insider Singapore.
Berapa lama kamu menghabiskan waktu bersosial media dalam seminggu?
Menurut riset yang dilakukan, rata-rata orang Amerika menghabiskan 14 jam seminggu di media sosial dibandingkan dengan rata-rata miliarder hanya 2,5 jam seminggu.
Para milyarder tak suka waktunya lama terpakai untuk kegiatan posting atau stalking di sosmed.
Walau harta berlimpah, alih-alih memamerkannya di social media, mereka lebih tertarik waktunya dihabiskan untuk kegiatan lain seperti baca buku.
Pamer: No, Membaca Buku: Yes
Mark Zuckerberg bersumpah untuk membaca satu buku setiap minggu “dengan penekanan pada pembelajaran tentang berbagai budaya, kepercayaan, sejarah dan teknologi” tulisnya dalam sebuah postingan Facebook.
Selaras dengan Mark, Warren Buffett pun mengklaim menghabiskan 80% dari hari-harinya untuk membaca.
Para ahli juga menyebutkan jika kebiasaan orang sukses tidak ingin terlihat kaya karena mereka merasa masih ada banyak orang kaya lain yang berada di atas mereka.
Sementara itu, orang-orang yang belum tentu kaya senantiasa berusaha terlihat kaya hanya untuk mendapatkan pengakuan dan dilihat sebagai kaum berada oleh orang lain.
Thomas Stanley dalam bukunya The Millionaire Next Door mengatakan,
“Orang yang terlihat kaya bukan benar-benar kaya. Mereka mengeluarkan terlalu banyak uang dan membeli barang merwah sebagai simbol kekayaan.
Tidak sedikit orang ini terlalu ambisius terlihat kaya padahal pendapatannya sedikit. Terkadang, mereka juga terlilit utang besar”.
Melansir dari laman New York Times, tidak sedikit orang super kaya yang ternyata tidak tertarik memamerkan kekayaannya.
Ngga Mau Terlihat Kaya
Penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat menemukan bahwa orang-orang dengan kekayaan luar biasa melimpah justru tidak ingin menunjukkan kekayaannya.
Di era media sosial yang menjadi platform bagi kebanyakan orang untuk posting kegiatan sehari-harinya, beberapa orang senang memamerkan gaya hidup dan kekayaannya.
Namun siapa sangka, justru kebiasaan orang sukses adalah antitesa dari semua itu.
Mereka memilih fokus pada apa hal-hal yang lebih penting dalam hidup, ketimbang menghabiskan waktu dan uang mengurusi penampilan dan hal-hal tersier lain.
Beberapa memilih hidup dengan gaya hidup jauh dibawah penghasilannya.
Contohnya, Warren Buffet yang punya uang lebih dari 68,1 miliar dollar AS atau sekitar Rp 919,35 triliun. Dengan uang sebanyak itu, Buffet sebenarnya mampu membeli rumah dengan harga fantastis yang dia inginkan.
Hal yang serupa ditunjukkan oleh Mark Zuckerberg yang memiliki kekayaan 51,5 miliar dollar AS. Kekayaan sebanyak itu memungkinkan pemilik Facebook ini membeli mobil mewah berharga jutaan bahkan miliaran dollar.
Namun Zuckerberg sudah cukup nyaman mengendarai mobil Volkswagen Black Acura TSX seharga 30.000 dollar AS.
Penampilan Sederhana
Selain itu, coba perhatikan penampilan orang-orang super kaya yang jenius itu. Steve Jobs yang setia dengan turtleneck hitamnya, juga Zuckerberg yang nyaman dengan kaos oblong berwarna abu-abu dan celana jeans.
Mereka memilih strategi seefisien mungkin terutama untuk hal-hal yang kurang mendasar seperti “pakaian apa yang perlu dikenakan hari ini”.
Tidak mendewakan penampilan luar, justru mereka lebih fokus pada apa yang menjadi keahliannya. Mereka berani tampil apa adanya walau sederhana.
4. Gabung dengan Komunitas
Komunitas itu penting, bahkan dapat memengaruhi kekayaan bersih kamu, kata Siebold:
“Dalam kebanyakan kasus, kekayaan bersih kamu mencerminkan tingkat teman-teman terdekat.
Kami menjadi seperti orang-orang yang bekerja sama dengan kami.
Dan itulah sebabnya para pemenang tertarik pada para pemenang.”
Coreley setuju: “Orang-orang sukses dan kaya sangat pemilih dengan siapa mereka bergaul“, tulisnya. “Tujuan mereka adalah mengembangkan hubungan dengan individu-individu yang berpikiran sukses lainnya“.
Jika kamu tidak tahu mana orang yang sangat termotivasi dalam jaringan pertemanan, Corley menyarankan untuk bergabung dengan grup profesional.
Selain untuk pengembangan diri, pola pikir orang kaya yang sebenarnya adalah mereka akan menjadi orang yang melek terhadap kepedulian akan kehidupan masyarakat.
Menjadi filantropi, berderma dan memberi kepada mereka yang membutuhkan serta menciptakan peradaban manusia yang semakin baik melalui uangnya, dengan cara pengembangan pendidikan, kesehatan, dan juga teknologi bagi kemajuan umat manusia.
Juga Beramal
Bukan hanya untuk perluasan jaringan, komunitas para Crazy Rich ini juga biasa bergerak di bidang amal.
Di Indonesia, sudah banyak pengusaha sukses yang membangun komunitas yang bergerak di bidang sosial untuk membantu dunia menjadi lebih baik.
Dato Sri Tahir adalah salah satu orang terkaya di Indonesia dan dikenal memiliki hati yang dermawan.
Ia disebut sebagai salah satu filantropis asal Indonesia yang juga masuk dalam organisasi Bill & Melinda GatesFoundation.
Untuk menyokong kegiatan amal yang ia galang, Dato Sri Tahir membangun sebuah yayasan nirlaba yang ia sebut sebagai Tahir Foundation.
Pebisnis sukses Indonesia ini malah seringkali tertangkap oleh mata publik dalam setiap gerakan sosial yang digalakkan melalui dunia pendidikan, pembangunan, dan pengembangan masyarakat serta kesehatan.
Memang sudah jadi kebiasaan orang sukses untuk mendermakan hartanya yang berlimpah.
5. Orang Sukses Selalu Jadi Solution Maker
Di definisikan oleh Brain Traci,
”Sukses adalah kemampuan untuk menghidupi apa yang kamu inginkan dalam hidup dan melakukan apa yang paling membuatmu bahagia.”
Kebiasaan orang sukses adalah tidak fokus pada keluhan, mereka lebih berotientasi pada apa upaya yang bisa dilakukan untuk memperbaiki.
Dibanding waktu terbuang percuma untuk mengeluh, mereka menggunakannya untuk menangkap peluang.
Kita bisa sama-sama belajar dari kisah Lary Page sang pendiri Google.
Sebelum memutuskan membangun Google dengan rekannya Sergey, Larry pernah mencoba menawarkan idenya ke perusahaan teknologi besar lain saat itu seperti AltaVista, Excite, dan Yahoo.
Tapi semuanya menolak.
Padahal ia ingin menawarkan solusi dengan teknologi yang dibawanya.
Akhirnya Larry dan Sergey memutuskan untuk mencoba mengembangkan ide ini sendiri walaupun dengan dana terbatas.
Karena saat itu mereka masih berstatus mahasiswa. Mereka memulai langkah bisnis mereka di asrama kampus milik Larry dengan sebuah PC seharga 15 ribu Dollar yang mereka peroleh dari pinjaman.
Untung saja saat itu Larry dan Sergey tak menyerah lantaran beberapa perusahaan besar menolak idenya.
Mereka memilih untuk berfokus pada apa yang bisa diupayakan hingga akhirnya kini jutaan atau bahkan milyaran orang di dunia merasakan manfaat Google.
Nabi Muhammad SAW pernah bersabda, ”Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain“.
Menjadi sukses dan kaya memang impian banyak orang. Teringat akan perkataan Thomas Alfa Edison bahwa sukses adalah 1% inspirasi, 99% keringat.
Setelah mendapatkan inspirasi/motivasi, kebiasaan orang sukses adalah berjuang dan pantang menyerah.
Tidak ada makan siang gratis. Tetapi setiap orang memiliki kesempatan yang sama untuk meraih kesuksesan. Jangan berpikir bahwa para crazy rich itu semuanya terlahir dari keluarga sukses dan kaya.
Kebanyakan mereka berjuang dari bawah, seperti Jeff Bezos, Bill Gates, Chairil Tanjung, hingga Ciputra. Simak kisah tentang Ciputra yang tadinya hidup jadi anak melarat hingga kini bisa jadi konglomerat.
Ciputra merupakan anak melarat yang tinggal di Sulawesi. Ia lahir di Parigi, kota kecil di Sulawesi Tengah. Sebagai anak bungsu dari tujuh bersaudara.
Ciputra menjalankan hidup sama seperti anak-anak lainnya, namun itu semua berubah ketika Sang Ayah meninggal dunia.
Perekonomian keluarga terganggu dan ia jatuh miskin. Saat SMA tahun 1951, ia bersekolah di Don Bosco, Manado.
Dia dikenal sebagai atlet lari jarak menengah 800 meter dan 1.500 meter, tidak ada yang bisa menandinginya se-Sulawesi Utara.
Suatu hari, Pemerintah Kota (Pemkot) Manado meminta Sekolah Don Bosco mengizinkan Tjin Hoan bergabung dengan kontingen Sulawesi Utara untuk mengikuti Pekan Olahraga Nasional II di Lapangan Ikada, Jakarta.
Anak laki-laki yang miskin itu sudah lama memimpikan ingin menginjakkan kaki di Ibu kota Jakarta.
Setelah mendengar bahwa namanya direkrut untuk memasuki kontingen, ia begitu bahagia, “Bukan main! Ke Jakarta!” ungkapnya di dalam biografinya yang ia luncurkan tahun 2017, The Passion of My Life.
Singkat cerita, Ciputra mulai merintis usahanya sejak ia masih menjadi mahasiswa di Institut Teknologi Bandung (ITB). Bersama dua sahabatnya sesama mahasiswa ITB.
Awalnya, mereka berkeliling dari rumah ke rumah di Bandung mencari orang yang bersedia memakai jasanya. Prosesnya itu berlangsung lama, sampai tiba waktunya Ciputra menikah dan memiliki anak.
Ia mulai bertanya kepada kawannya, sampai kapan mereka hanya bergantung dan menunggu orderan datang. “Saya harus membuat lompatan besar“, ucapnya.
Hingga akhirnya kini ia bisa mewujudkan mimpinya.
Dedikasi dan prestasi Ciputra di ranah bisnis dan industri properti tak hanya diakui secara skala nasional, tetapi juga internasional.
Bukan hanya sukses, ia juga senang berderma kepada sesama.
Sukses bukan hanya bisa terjadi di usia tua, namun banyak juga kita lihat orang-orang yang sukses di usia muda.
Sukses memang banyak diimpikan oleh banyak orang.
Namun alangkah baiknya jika itu bukan menjadi tujuan. Menjadi sukses dan kaya hanya sebuah jalan, untuk kita menjadi manusia yang lebih berarti.
Menjadi lebih bermanfaat, berderma kepada sesama, agar semua yang kita upayakan di dunia bisa menjadi bekal untuk perjalanan panjang selanjutnya.