Anak ketiga saya, namanya Fitri Azkia, biasa kita panggil Kia, pernah mengalami hal yang aneh; fesesnya keluar dari lubang depan.
Ini terjadi saat usianya masih 8 bulan, masih full ASI, belum dikasih MPASI. Sekarang (saat ini ditulis) usianya udah 1 tahun 2 bulan.
Waktu itu, jam 9 pagi, entah hari apa, lupa, anak ini mendadak rewel. Yang awalnya kita pikir normal, ternyata pup. Rewelnya emang ngga seperti rewel yang biasa.
Terus dibersihin, diganti popok.
Tapi beberapa waktu kemudian rewel-nangis lagi. Dicek, lho pup lagi.
Sampai beberapa waktu kemudian, bundanya ngerasa aneh.
Tanda-tanda Awal
“Kok ini fesesnya numpuk di bagian depan diapers, bukan di bagian belakang.” batin bunda.
Pas bersihin anu-nya (karena emang banyak menumpuk di bagian depan), dibersihin sampai dibuka-buka kok seperti ada bekas kotoran feses di daerah kewanitaannya.
Karena ragu, dia cerita ke saya.
Saya sendiri ragu dan coba meyakinkan “Emang fesesnya aja yang masuk ke daerah situ mungkin”.
***
Setiap kali Kia mau pup, dia pasti nangis. Nangis yang nahan rasa sakit, keliatan dari ekspresi wajahnya.
Dari wajahnya bisa terbaca banyak hal:
- Enggan untuk pup (karena tersiksa)
- Tapi harus pup karena emang waktunya pup (mules)
- Bingung harus gimana
- Ngeden tapi agak nahan juga
- Kesakitan
Akhirnya, pas istri lagi bersih-bersih pup (dan mau ganti popok), tiba-tiba Kia pup lagi di depan istri.
Istri saya ngeliat langsung bahwa fesesnya emang bener keluar dari depan. Cairan agak kental dan ada sedikit ampas (mirip bubur).
Bagian belakang (dub*r) bersih banget.
Hal yang sama juga diliat sama khadimat, pas beliau bantu ganti popoknya Kia.
Udah dua orang liat langsung di waktu yang berbeda, saya sama istri putuskan untuk bawa Kia ke rumah sakit.
Ke Rumah Sakit Islam Madiun
Siangnya, jelang zuhur, kita langsung meluncur ke Rumah Sakit Islam Siti Aisyah, Madiun.
Ditangani sama dokter anak, dicek anu-nya, dokter masih agak ragu, akhirnya kami dirujuk untuk ketemu sama dokter spesialis bedah anak, namanya dokter Aji. Salah satu tempat dinasnya di RSUD dr. Soeroto, Ngawi.
Sambil nunggu tanggal antrian ketemu dokter Aji (ngga bisa langsung hari itu), saya cerita terkait kejadian ini ke orangtua.
Ringkasnya orangtua perintahkan perbanyak wirid dan doa. Kami dikasih bacaan-bacaannya, kita amalkan. Yang dikasih ke kita itu bacaan untuk kondisi ‘ain majhul.
Hari-hari nunggu ketemu dokter Aji (karena emang jadwal beliau padat), istri cerita bahwa dia suka mencium aroma bau kentut.
Memang sih, beberapa kali (dan dalam beberapa hari) istri saya selalu tiba-tiba bilang;
- “Siapa nih yang kentut?” sambil liat saya
- “Kamu kentut ya?” sambil nutup idung
- “Ih, ayah kentut nih!” sambil ekspresi jengkel
Semua kata-kata itu saya bantah, karena emang saya ngga kentut.
Dan yang cium aroma itu ternyata cuma istri aja. Saya ngga, anak-anak juga ngga (kadang aroma itu hadir pas kita lagi kumpul sama anak-anak).
Sejak hari pertama di bawa ke RSI Madiun itu, saya sama istri udah mulai rutin baca wirid pagi-petang yang kubro, ditambah bacaan-bacaan lainnya. Dosisnya ditambah pokoknya. Doa-doa perlindungan secara khusus kita tujukan ke Kia, lebih banyak dari biasanya.
Ketemu Dokter Aji
Sampai tiba waktu ketemu dokter Aji di RSUD Ngawi.
Kita antri lebih dari 3 jam. Tibalah nomor antrian kami dipanggil untuk masuk ke ruang poli bedah anak.
Sama dr. Aji diperiksa, dicek semuanya. Kia nangis, karena ngga nyaman (mungkin).
Setelah selesai, kita duduk berhadapan dengan beliau.
Beliau agak mikir sebentar, kemudian beliau jelaskan panjang lebar terkait permasalahan feses keluar dari depan secara teori kedokteran.
Yang kesimpulannya (secara sederhana);
- Feses keluar dari depan itu (umumnya) langsung ketahuan pas bayi baru lahir karena proses pembentukan yang belum sempurna
- Di teori kedokteran ngga pernah ada feses keluar dari depan untuk bayi yang udah usia 8 bulan (seperti Kia), karena pembentukannya udah sempurna
- Dokter Aji juga bingung dan ngga bisa langsung ambil tindakan
- Harus ada observasi dan difoto rontgen untuk cek apakah ada kebocoran antara dinding an*s dengan vag*na
- Nanti baru bisa dipelajari lebih lanjut setelah ada data dari hasil foto
Kami pamit dan berterimakasih ke dr. Aji atas penjelasan beliau.
Setelah itu kami keluar dari ruang praktek, menuju bagian radiologi.
Di Poli Radiologi
Sampai di radiologi, kami antri lagi tapi ngga terlalu panjang
Sekitar 15 menit kemudian kami dipanggil, dan tenaga radiologist-nya bilang:
- Karena yang mau difoto itu objek lunak, harus dimasukkan cairan khusus biar tertangkap foto
- Ini-pun belum tentu berhasil, apakah betul ada kebocoran di saluran yang dimaksud, karena harus ada tekanan yang kuat (sebagaimana tekanan ketika mau pup) supaya cairan bisa merata
- Untuk bayi seperti Kia, ngga disarankan pakai rontgen (xray), karena radiasinya lumayan kuat, bagusnya pakai MRI (Magnetic Resonance Imaging)
- Beberapa data terkait MRI yang disampaikan radiologist-nya:
- Tanpa efek samping
- Bisa foto objek apa aja (keras dan lunak)
- Biayanya 3x lipat lebih mahal
- Karena alatnya super mahal, fasilitas itu hanya ada di RSUD Madiun
- Buka-nya cuma hari Selasa (kalau ngga salah)
Setelah ditimbang-timbang dan diskusi, akhirnya ngga jadi diambil foto di RSUD Ngawi.
Radiologist yang melayani kami wajahnya familiar banget, ternyata beliau temennya abah saya, saya cium tangan, namanya pak Tri.
Beliau jelasin sedetail-detailnya. Beliau doain saya dan anak saya biar sabar dan cepet sembuh. Beliau juga bantu urus biar saya dan istri bisa dapet akses prioritas saat MRI-Scan di Madiun nanti. Beliau kasih kita surat rujukan dan telpon langsung kerabatnya yang kerja di radiologi RSUD Madiun.
Kami pulang ke rumah.
Perbanyak Wirid
Ikhtiar dunia udah kami upayakan semaksimal mungkin, sambil nunggu waktu ke MRI-Scan yang masih beberapa hari lagi, saya sama istri fokus ke ikhtiar dari sisi spiritual.
Istri masih beberapa kali mencium aroma bau.
Yang kita lakukan:
- Bikin air quran
- Airnya diciprat ke semua penjuru ruangan
- Airnya juga kita minum, diminumkan ke Kia
- Setiap selesai sholat selalu doa kesembuhan untuk Kia
- Ma’tsurat pagi-sore jalan terus lebih kenceng
Di momen-momen ini, feses masih keluar dari depan, tapi kadang-kadang aja. Gantian, kadang depan kadang belakang. Good news-nya, Kia udah ngga nangis saat pup (seperti sebelumnya).
Keberkahan
Beberapa hari amal wirid akhirnya sampai pada hari di mana Kia ngga lagi keluar feses dari depan.
Kita bahagia, seneng, syukur.
Bundanya sampe harus memastikan lagi bahwa bagian diapersnya penuh pup tapi jalur depannya bersih, dibuka-buka juga alhamdulillah udah bersih, ngga seperti sebelumnya yang ada bercak bekas keluar feses.
Alhamdulillah, kita ngga jadi MRI di Madiun karena Kia udah kembali normal sebelum jadwal kunjungan ke MRI-Scan.
Kita kasih kabar ke pak Tri dan dr. Aji tentang perkembangan positif ini, juga ke orangtua.
***
Sejak dr. Aji kasih kabar bahwa ini “ngga mungkin terjadi dari sisi medis”, saya yakin bahwa kejadian ini emang murni gangguan jin. Lagi ada yang iseng sama kita. Jadi lebih lega aja, karena insya Allah ngga ada yang bermasalah dari sisi fisiknya Kia.
Saya juga pernah tulis seputar paranormal experience di posting lainnya, silahkan dibaca:
Pesan Hikmah
Allah menguji hamba dengan banyak cara, kita wajib bersabar dan berusaha atas ujian yang Allah kasih.
- Selalu minta tolong sama Allah
- Sempurnakan ikhtiar dengan mendekatkan diri pada Allah
- Dapatkan keberkahan dan kesembuhan melalui zikir-wirid yang diajarkan Allah dan Rasul-Nya.
- Pengobatan dari sisi medis (modern) tetap ditempuh secara maksimal dengan segala prosedur yang ada.
Semoga Allah memudahkan kita dalam melalui setiap ujian dalam hidup. Amin.
Sekian.