Menyebut kata sukses, sangat jarang orang-orang yang akhirnya merasakan nikmatnya kesuksesan tersebut hidup dengan biasa-biasa saja. Monoton, seperti orang pada umumnya.

Sudah terlalu banyak contoh cerita, kalau orang-orang sukses tersebut hampir selalu memiliki amalan-amalan atau kebiasaan yang tidak dilakukan oleh orang lain. Baik si sukses tua maupun muda.

Sebuah aktivitas tertentu yang dilakukan secara istikamah – terus menerus – yang diyakini bisa memberikan power boost dalam proses mereka mendaki puncak kesuksesan.

Kerja rajin, tekun menjual, sabar – you name it. Kebiasaan yang “biasa” tersebut sudah selayaknya dilakukan dan dijalani oleh siapapun dan dalam proses mencapai kesuksesan dalam bidang apapun.

Cara Sukses di Usia Muda Anti-mainstream

Bagi kamu yang belum tahu, ternyata ada banyak orang sukses yang menerapkan teknik atawa cara-cara hidup yang jauh dari kata normal. Aseli anti-mainstream.

Nah, bagi kamu yang ingin sukses sesegera mungkin (baca: di usia muda), kamu bisa lakukan copy-paste amalan-amalan ala orang (yang sudah terbukti) sukses di bawah ini.

Berteman dengan Good People

berteman dengan good people

Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam memberitahukan bahwa yang namanya teman itu sangatlah penting dan sangat berdampak bagi hidup seseorang.

Dimisalkan, teman yang baik itu seperti seorang penjual minyak wangi. Kamu bisa membeli minyak wangi dari temanmu itu. Alih-alih tidak membeli, tentu kamu akan tetap mendapatkan aroma harumnya.

Sebaliknya, teman yang buruk seolah seperti seorang yang berprofesi sebagai pandai besi. Ketika berteman dan hangout dengannya, kemungkinan pakaianmu terpercik api sangatlah besar. Pun, kalau tidak, kamu akan mendapatkan bau asap yang tidak sedap.

Ah, indah betul perumpamaan tersebut di atas.

Ternyata – entah tahu hadits di atas atau tidak – seorang Reid Hoffman mempraktekkan dan sangat meyakini bahwa untuk mengubah diri ke arah yang lebih baik (di sektor apapun), kamu harus banyak-banyak hangout dengan orang yang sudah terbukti sukses di sektor tersebut.

Sebagai contoh, kamu mau jadi blogger sukses, tentu yang perlu kamu lakukan adalah mencari “penjual minyak wangi” yang terbukti sukses blognya.

Dimulai dari banyak hangout dulu di kopdar blogger, publisher gathering dan sejenisnya, kamu pasti nanti akan dipertemukan dengan model blogger sukses yang cocok untuk kamu tiru kesuksesannya.

FYI: Reid Hoffman merupakan seorang entreprenur muda berkebangsaan Amerika Serikat yang sukses memulai dan mengembangkan LinkedIn, sebuah media sosial yang berfokus pada sektor bisnis dan karir.

Kenali Kebutuhan Pasar

mengenali kebutuhan pasar

Syahdan, kamu memutuskan untuk berjualan baju anak. Mulai dari berbagai model sampai warna, kamu siapkan stoknya. Promosi… sampai akhirnya para konsumen pun mulai berdatangan.

Dalam proses menumbuhkan bisnis yang kamu bangun, pastilah ada suara-suara — baik suara merdu maupun sumbang — memberitahukan kesan-kesannya padamu.

Entah model X yang kurang anu, model Y kurang itu. Cocok dengan warna ini, atau ngasih masukan gak usah jual warna inu.

Mungkin bagi kamu yang baru memulai, bisa saja berpikir, ya jualan, jualan aja. Konsumen mau bilang apa kek, tutup telinga!

Sayang, ternyata untuk bisa sukses, tidak bisa begitu.

Seorang founder franchise restoran cepat saji Amerika Serikat bernama Dave Thomas, berani menyangkal kekeliruan penjual yang bersikap seperti di atas.

Beliau memberitahukan bahwa berusaha mendengar konsumen merupakan salah satu kunci sukses restonya cepat sukses.

Logikanya, bila kamu tahu apa yang diinginkan konsumen, kamu berusaha menyediakan dan melayani dengan sebaik-baiknya, maka konsumen akan lebih merasa puas. Lebih tinggi tingkat kepuasannya dan lebih banyak konsumen yang merasakan puas.

Pada prakteknya, kamu bisa menyediakan layanan bantuan atau layanan “Suara Konsumen” untuk menampung kesan, saran, bahkan kritik langsung dari konsumen pada produk atau layanan yang kamu miliki.

FYI: Rex David Thomas (1932 – 2002) atau lebih dikenal dengan nama Dave Thomas merupakan seorang pebisnis dan filantropis dari Amerika Serikat yang sukses mengembangkan restoran cepat saji, Wendy’s.

Paham Seluk Beluk Industri

paham seluk beluk industri

Ada ungkapan unik dari Tony Hsieh, yang perlu kamu baca dan resapi, yaitu,

Don’t play games you don’t understand, even if you see lots of other people making money from them.

Saya sengaja cantumkan dulu quote aslinya, karena kadang kalau langsung diterjemahkan “rasa asli”nya kurang nendang! :D

Yah, maksud Mr. Tony, kurang lebih adalah seperti ini, jangan sekali-kali mencoba permainan yang kamu sama sekali enggak ngerti. Walaupun… banyak orang yang sukses di sana dan ngeruk banyak sekali uang.

Saya asumsikan kamu udah — walau sedikit — nangkap apa yang dimaksud ya.

Jadi, lebih baik kamu habiskan waktumu, usaha dan dana, tenaga, air mata dan keringatmu di game yang kamu paham betul, dan insya Allah pada akhirnya sukses di sana.

Siap?

FYI: Bersama dengan Nick Swinmurn, Tony Hsieh membangun Zappos, sebuah toko yang fokus menjual sepatu secara online. Saat ini Tony menjabat sebagai CEO di Zappos.

Deliver more than Expected

deliver more than expected

Kalau kamu saat ini salah satu pengguna smartphone dengan operating system berbasis Android, tentu paham betul, kita seolah “tidak bisa hidup” tanpa Android. Tanpa Google.

Mau cari alamat, pakai Google Map, mau catat ini itu, pakai Google Keep, de el el.

Mendominasinya Google ini sangat sejalan dengan omongan founder sekaligus CEO Google, Larry Page, yang mengatakan bahwa siapapun yang memutuskan menjadi entrepreneur sebaiknya deliver more than customers expect — memberi lebih dari yang konsumen butuhkan.

Yap, lagi-lagi about customer oriented.

Kalau tadi kita sempat bahas, bagaimana mengenali konsumen agar cepat sukses. Setelah mengenali, saatnya memberikan yang mereka butuhkan. Bahkan memberi melebihi apa yang mereka butuhkan.

Page menambahkan kalau kamu berhasil membuat konsumen puas dengan teknik ini, kamu akan selangkah lebih maju daripada para kompetitor di industri yang kamu pilih untuk berbisnis.

Nama Larry Page terlalu famous untuk dijabarkan. Mengguritanya Google di bawah kendali beliau merupakan bukti kuat betapa suksesnya doi merajai pasar teknologi mesin pencari.

“Tidak Menerima” Penolakan

tidak menerima penolakan

Sam Zaid pada awal merealisasikan idenya untuk membuat peer-to-peer car sharing marketplace, banyak pihak yang menolak ide tersebut.

Berbagai penolakan mulai dari yang berpendapat bahwa masyarakat tidak mungkin merasa nyaman untuk berbagi mobil mereka atau perusahaan asuransi yang tidak akan menyetujui penawaran mereka.

No. No. And no.

Tapi, mereka memutuskan untuk mengabaikan jawaban “no” tersebut dan terus berusaha mencari jawaban “yes”.

Dan seperti kata JKT48 benar saja, usaha keras tak akan mengkhianati. Mereka menuai apa yang mereka usahakan.

Tidak main-main, mereka mendapatkan kerjasama dengan perusahaan milik Embahnya Investor, Berkshire Hathaway, yang siap menangani urusan asuransi dari ide yang mereka usung.

Anyway, kamu sudah dapat berapa kali “no” sebelum dapat “yes” kamu yang pertama?

FYI: Siap-siap ucapkan bye-bye untuk usaha rental mobil, kalau ide peer-to-peer car sharing ala Sam Zaid masuk ke Indonesia. Bisnis car sharing yang dinamai Getaround ini sangat bisa “merusak” pasar seperti ketika Gojek muncul di tahun 2010 silam.

Naik Transportasi Umum

naik transportasi umum

Seorang Brian Wong memiliki anggapan bahwa berbaur dengan apapun yang ada di sekitar kita adalah kunci penting seorang entreprenur.

Kenapa?

Karena ide bisa saja datang dari lokasi mana saja atau situasi apa saja.

Dengan berbekal mindset di atas, Mas Wong memiliki amalan yang (mungkin) di luar kebiasaan entrepreneur pada umumnya.

Apa itu?

Mas Wong memutuskan untuk menggunakan alat transportasi publik secara teratur.

Yah, kalau di negara +62, sebut saja angkot, bis kota, becak, odong-odong, dan lain-lain.

Mas Wong mempercayai dengan sering mengendarai moda transportasi umum, skill bisnisnya akan makin terasah.

Karena menurutnya, dengan cara ini, dia bisa dengan mudah berkenalan dengan orang-orang baru sekaligus menggali sumber-sumber ide yang tidak mungkin bisa dia temui ketika dia menyetir kendaraan pribadinya.

FYI: Brian Wong adalah founder dari Kiip, sebuah mobile advertising network yang didirikan tahun 2010 bersama kedua rekannya, Courtney Guertin dan Amadeus Demarzi.

Pasang “Mata Elang” untuk Kesempatan yang Ada

peka kesempatan

Julia Hu merupakan salah satu contoh entrepreneur yang sukses di usia muda dengan berbekal kejelian menangkap sebuah kesempatan.

Long story short, Julia melihat banyak teknologi di pasaran yang mampu merekam data personal fitness seseorang, tetapi alat tersebut mempunyai kelemahan, yaitu orang yang menggunakan alat tersebut ternyata bingung bagaimana cara menggunakan data tersebut.

Apa kamu dapat esensi dari pengalaman Julia tersebut?

Yap, bisnis itu solusi. Solusi untuk masalah yang ada.

Dan Julia merespon masalah (baca: kesempatan) itu dengan menciptakan sebuah alat bernama LarkLife, yang bisa memberikan tips-tips sederhana nan mudah untuk meningkatkan kesehatan si pengguna berdasarkan data yang ada.

Bagaimana? Pengalaman dan teknik Julia Hu di atas bisa banget lho, kamu copy paste kalau kamu lagi buntu ide.

Perhatikan produk atau layanan yang sudah ada, teliti baik-baik, adakah kelemahan a.k.a masalah yang belum tertangani atau bahkan diabaikan. Selanjutnya, buat atau tawarkan solusi untuk masalah tersebut.

Boom!

FYI: Julia Hu tercatat sebagai entreprenur sukses 30 under 30 versi Inc. Melalui Lark Technologies, Julia berharap masyarakat bisa hidup lebih sehat dan lebih produktif.

“Seragam” yang Sama Setiap Hari

seragam sama

Kalau kamu ngantor di tempat kerja baik swasta maupun lembaga pemerintah, ada kalanya (atau malah sering) diminta untuk memakai seragam sesuai dengan peraturan yang ada.

Ternyata, seorang entreprenur juga perlu memiliki “seragam” untuk aktivitas sehari-hari.

Sebut saja Steve Jobs. Begawan teknologi sekaligus founder Apple ini selalu terlihat dengan 3 “seragam” andalannya hampir di setiap waktu.

Celana jins warna biru, kaos model turtleneck warna hitam, dan sepasang sneakers merk New Balance.

Itu-itu melulu.

Contoh lain ada mantan presiden Amerika Serikat, Barack Obama, ternyata hanya menggunakan setelan jas berwana abu-abu atau biru. Tidak menggunakan warna lain.

Atau kaos abu-abu ikonik yang dipakai oleh Mark Zuckerberg.

Pertanyaan besarnya tentu saja, kenapa mereka melakukan habit tersebut?

Hemat waktu, lebih produktif

Jelas dengan kesamaan outfit yang akan kamu pakai setiap harinya, membuat kamu lebih cepat untuk mengambil dan mengenakannya. Gak sampai 5 atau 10 menit hanya untuk memilih baju.

Itu saja?

Enggak.

Dengan menerapkan habit ini, kamu juga bakal hemat waktu waktu belanja. Udah jelas, kamu mau belanja apa, merk apa, dan di mana tempat jualnya.

Ntap!

Efisiensi Brain Power

Perlu kamu ketahui, kalau rata-rata manusia mengalami situasi pengambilan keputusan sebanyak sekitar 35.000 kali dalam sehari.

Pertanyaan macam, nanti mau makan apa, nanti pakai baju apa, dan seterusnya itu berulang-berulang terjadi dalam diri kita.

Pertanyaan yang terulang-ulang tersebut bisa menyebabkan kita mengalami yang namanya decision fatigue. Kelelahan dalam memutuskan sesuatu.

Nah, dengan menggunakan pakaian yang sama setiap harinya, kamu bisa ngeman-eman brain power kamu. Gak perlu lagi pusing mau pakai baju apa waktu mau ngantor.

Dan, sudah barang tentu, saldo brain power yang kamu punya, bisa kamu pakai untuk hal yang lebih krusial — mikirin pertumbuhan bisnis kamu.

“You need to focus your decision-making energy. You need to routinize yourself. You can’t be going through the day distracted by trivia.” – Barack Obama

Always Feel Good

Feel good, ngerasa senang, aman, nyaman.

Dengan memilih pakaian yang sudah — jelas-jelas — membuatmu nyaman. Tentu perasaanmu jadi auto-feel-good.

Asal kamu tahu, kalau perasaan nyaman ini bisa mem-boost rasa percaya diri kamu sebelum kamu melakukan aktivitas sehari-hari.

Bagaimana? Siap berbaju monoton setiap hari? Wahaha.

Five Minute Increments

increments

Kamu kenal brand-brand berikut ini?

Gak main-main, keenam bisnis di atas didirikan oleh tangan dingin satu orang saja, Elon Musk.

Berdasarkan data dari The Independent, disebutkan bahwa Elon Musk bekerja mulai dari 85-100 jam per pekan.

Gile!

Saran saya, ambil kalkulatormu sejenak dan hitung. Itu om Elon kerja rerata 14 jam per hari. *tepuk tangan*

Yup, saatnya kita bertanya, saudara-saudari: bagaimana om Elon yang super duper sibuk mengatur kesemuanya itu?

Inc melaporkan seorang Elon Musk ternyata mengabaikan hampir semua telepon masuk dan email. Selain itu, habit tidur sekitar 6 jam setiap malam, berusaha dia jaga.

But, that’s (not) all, folks!

Ada resep rahasia, bagaimana Elon Musk tetap produktif dengan jendela waktu yang super ketat tersebut.

The secret is: five minute increments.

Ya, seperti yang mungkin kamu bisa duga, Elon Musk membuat jadwal kegiatannya (to-do lists) dalam sehari dengan teliti dan rapi lalu mengatur waktu pengerjaannya dengan slot waktu per 5 menit.

Sebagai contoh, om Elon sudah biasa menyelesaikan makan siangnya hanya dalam waktu 5 menit atau kurang — terutama saat sedang meeting.

Kebayang?

Jadi pembagian to-do lists kerja doi bukan lagi per jam, tapi menggunakan satuan menit. Per 5 menit. Jadi, tidak ada menit-menit yang tidak akan terbuang sia-sia.

Mungkin terkesan sangat “menegangkan”, tetapi dalam prakteknya, dengan menggunakan teknik ini, insya Allah produktivitas kerja akan meningkat pesat.

Teknik lain yang bisa kamu coba hampir mirip dengan teknik yang Elon Musk lakukan adalah Pomodoro Technique. Googling aja.

Menulis Pidato Setiap Malam

menulis pidato

Yang namanya membangun kesuksesan, apalagi memiliki cita-cita sukses di usia muda, tentu harus memulainya sesegera mungkin.

Di zaman now, bahasan atau kajian kalau yang namanya orangtua berperan penting terhadap kesuksesan anak sudah merebak di mana-mana.

Kamu (termasuk saya) yang sudah jadi orangtua gak bisa cuma ngandelin sekolah untuk menjadikan anak sukses. Entah sukses dalam ranah dunia, lebih-lebih akhirat.

Seorang Indra Nooyi memiliki pengalaman unik di masa kecilnya yang bisa kita ambil hikmahnya bahkan bisa kita praktekkan.

Beliau menceritakan, di setiap malam setelah makan malam bersama keluarga, ibunya meminta agar anak-anaknya menulis sebuah pidato berisi apa-apa saja yang akan anak-anaknya lakukan ketika mereka menjadi presiden, perdana menteri atau menteri luar negeri.

Ritual pembuatan dan pembawaan pidato tersebut tidak hanya terbatas dari tiga profesi di atas. Hampir semua tokoh-tokoh besar (beserta profesinya) diminta sang ibu untuk memerankannya.

Setelah masing-masing anak berpidato, ibu Nooyi akan memilih siapa yang terbaik di antara mereka.

Kalau di antara kamu ada yang berpikir, yang dilakukan ibu dari Indra Nooyi ini sepertinya tidak berguna, kamu sebaiknya segera mengubah pikiran tersebut.

Yang dialami oleh Nooyi ini merupakan proses dari repetition. Pengulangan. Terus menerus. Yang biasanya memiliki tujuan untuk membentuk habit.

Anak memang ibarat sebuah kertas putih dan orangtua memiliki kebebasan menggambar apapun di atasnya.

Nooyi dalam hal ini setiap hari, setiap malam selalu dilatih berfikir, menghasilkan ide dengan skala besar. Beliau dilatih berpikir besar dan disiapkan jadi orang besar sejak dini.

Sebagai tambahan, dalam kajian yang pernah saya ikuti, anak memang tidak bisa dibiarkan mengalir begitu saja. Anak harus disiapkan, diarahkan, dibentuk sesegera mungkin agar menjadi pribadi yang sukses baik di dunia maupun akhirat.

FYI: Indra Nooyi mereguk hasil dari usaha ibunya. Nooyi didaulat menjadi CEO PepsiCo dari tahun 2006 s/d 2018.

Nearly Zero Meeting

no meeting

Seorang Mark Cuban konon sangat menghindari meeting (fisik) dalam menjalankannya bisnisnya.

Mark berpendapat, meeting itu hanya menghabiskan waktu saja.

Kamu bisa bertemu saya dalam sebuah meeting, hanya ketika kamu akan memberi saya sebuah cek.

Ntapdjiwa!

Tapi, jangan salah ya.

Bukan berarti meeting ini jadi suatu yang tidak terpuji dalam sebuah bisnis. Ingat, siapapun boleh berpendapat dan memilih mau mempraktekkan teknik yang mana.

Dikutip dari Entrepreneur, yang mendapatkan data dari Fuze, tercatat ada lebih dari 37 miliar dollar yang digunakan untuk meeting yang tidak produktif.

Mungkin saja. fakta ini yang membuat Mark Cuba memilih untuk menghindari meeting. Hehe.

Tapi, masih di sumber yang sama, terdapat solusi agar meeting juga tetap efektif dan tentu produktif. Caranya adalah dengan menggunakan sebuah agenda.

Kamu bisa cek cara selengkapnya di sini.

Asal kamu tahu, teknik dari Mark Cuban ini juga dipraktekkan dengan istikamah oleh tim Kirim Email. Tidak hanya no meeting, mereka juga menjalankan full remote business. Selengkapnya, bisa kamu pelajari di sini.

FYI: Mark Cuban adalah seorang pengusaha dan investor dari Amerika. Mark terkenal sebagai pemilik dari klub basket Dallas Mavericks dan juga salah satu shark star di acara terkenal, Shark Tank.

Banyak Membaca

banyak membaca

Beruntunglah bagi kamu yang sudah doyan baca. Seorang Warren Buffett, sang legenda investor ternyata juga “menginvestasikan”  80% waktunya untuk membaca buku.

Warren Buffett menyatakan,

Saya bersikeras menggunakan waktu saya untuk banyak duduk dan berpikir.

Warren mengakui bahwa habit membaca dan berpikir ini membuat dirinya lebih matang dalam mengambil keputusan, tidak impulsif.

Berikut beberapa manfaat membaca buku selain untuk menambah pengetahuan.

Stimulasi Mental

Penelitian membuktikan bahwa ketika mental manusia terus menerus distimulasi, akan memperlambat bahkan mencegah terkena Alzheimer dan Dementia.

Faktanya, otak layaknya otot di dalam tubuh kita, musti dilatih biar tetap kuat dan sehat.

Dengan membaca (yang biasanya merangsang untuk memahami isi buku) akan merangsang otak untuk terus sehat.

Meningkatkan Kemampuan Berpikir Analitis

Dengan banyak membaca, kamu juga sedang (secara tidak sadar) melatiih kemampuan berpikir analitismu.

Secara umum, ketika membaca buku, kita mau tidak mau harus berpikir agar bisa mengikuti isi atau alur cerita yang ada dalam buku yang sedang kamu baca.

Atau, bisa saja kamu membuat sebuah rangkuman dari isi buku, mana yang penting banget, perlu dicatat, atau diabaikan saja.

Semua kegiatan di atas insya Allah akan membantu meningkatkan kemampuan analisa kamu.

Meningkatkan Fokus dan Konsentrasi

Bukan rahasia lagi, di dunia internet yang berisi bermacam-macam konten tentu memaksa kita untuk menjadi pribadi yang multi-tasking.

Bisa saja dalam kurun waktu 5 menit, kamu… iya, kamu, bisa cek email, mengerjakan tugas kuliah, chatting di Messenger, bahkan lihat video live-nya Lord Didi Kempot terbaru di Youtube, dll secara bersamaan.

Kebiasaan ini ternyata bisa meningkatkan level stres tubuh dan menurunkan tingkat produktivitas.

Nah, ketika kamu membaca buku, semua perhatianmu tentu hanya terfokus pada satu buku tersebut. One and only.

Dan, seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, ketika kamu membaca banyak buku, fokus dan konsentrasimu akan meningkat secara signifikan.

FYI: Warren Buffett terkenal dengan julukan Oracle of Omaha, pemilik Berkshire Hathaway. Di tahun 2018, Warren Buffett tercatat mendonasikan kekayaannya sebesar 3,4 milyar dollar untuk kegiatan sosial.

Jangan Hutang Konsumtif

hutang konsumtif

Sudah banyak cerita kelam dari pengusaha manapun yang mengalami masa suram bahkan kebangkrutan ketika berhadapan dengan yang namanya hutang.

Di sini, saya tidak membahas hutang yang produktif ya, gaes. Bahasannya sudah lain provinsi itu, hehe.

Hutang yang dimaksud di sini adalah hutang konsumtif. Hutang non produktif.

Berkaca dari seorang Arli Kurnia yang pernah mengalami pahitnya hutang konsumtif, beliau berpesan, jangan sekali-kali hutang hanya karena dua sebab fatal, gengsi dan spekulasi.

Konsep membeli karena butuh bukan ingin, tentu jadi sangat relevan di bahasan hutang ini. HP keluaran terbaru launching beli, mobil dengan fitur lebih canggih, bungkus. Yang semacam inilah yang sebaiknya distop, bahkan dihindari.

Salah satu nasihat yang saya ingat adalah dari guru saya, yaitu untuk menunda kesenangan ketika masa-masa awal berbisnis — walau punya dana untuk itu.

Kisah Arli Kurnia bisa kamu cek selengkapnya di wawancara beliau dengan Christina Lie di sini.

Tidak Terseret Gaya Hidup

gaya hidup

Income naik, gaya hidup jangan naik.

Ujaran yang pas banget untuk membahas habit sukses yang ini. Atau kalau kata Merry Riana, belanja itu diperbolehkan, tapi masa depan juga musti diperhatikan.

Sadaaap!

Yah, kalau tadi kita sempat bahas perihal hutang, nasihat “tunda kesenangan” kembali relevan di sini. Jangan sampai hutang, pun kalau bisa beli langsung, tahan.

Dulu mungkin kamu makan di warteg sebelum usahamu meledak. Setelah meledak? Ya, tetaplah makan di warteg, boi!

Bukan, bukan kamu gak boleh menikmati buah suksesmu. Tapi, pengaturan itu penting. Tak terkecuali perihal pengaturan keuanganmu dan bisnismu.

FYI: Merry Riana merupakan salah satu potret gigih seorang entrepreneur woman yang sangat sukses. Kisahnya mendapatkan 1 juta dollar (Singapore) pertamanya, dituliskan dalam sebuah buku berjudul Mimpi Sejuta Dollar.

Kolaborasi dengan Big Fish

kolaborasi

Kata Richard Branson,

To be successful in business, and in life, you need to connect and collaborate.

Kolaborasi memiliki makna kerja sama. Dengan siapapun dan untuk berkarya dalam bidang apapun.

Secara teori, kesuksesan yang kamu tunggu-tunggu, insya Allah lebih cepat terwujud ketika kamu berkolaborasi dengan orang yang tepat, lebih-lebih orang tersebut termasuk Big Fish. Pemain besar di niche bisnis yang kamu pilih.

Ini hanya istilah saya saja, tapi logikanya yang namanya ikan besar tentu akan berenang bersama ikan-ikan yang besar pula. Kemungkinan ikan-ikan berukuran kecil, akan sulit berenang bersama ikan besar. Boro-boro kerjasama, yang namanya kenal saja sudah untung.

Anyway, mungkin kamu sudah pernah nonton acara Shark Tank?

Sebuah reality show di bidang ekonomi dan bisnis dengan konsep ada sejumlah ikan kecil (pengusaha pemula/startup) yang memiliki ide-ide tak biasa yang ingin dijadikan bisnis.

Selanjutnya, mereka akan dipertemukan dan musti mempresentasikan ide bisnis mereka kepada para ikan besar (pebisnis atau investor yang siap menggelontorkan dana). Ikan besar ini dijuluki dengan shark(s).

Shark Tank merupakan contoh riil sebuah wadah yang mempertemukan little fish dengan big fish. Jadi kenal, syukur-syukur akhirnya diajak kerja sama atau disuntik dana oleh mereka.

Tips aja nih, coba kamu usahakan ikut seminar bisnis yang ada tiket VVIP-nya. Seminar yang menawarkan tiket VVIP biasanya menawarkan kesempatan untuk bisa lunch atau dinner sama praktisi/pembicaranya. Siapa tahu, bisa jodoh kolaborasi.

FYI: Richard Branson sangat dikenal dengan brand recording-nya bernama Virgin Records. Sejak saat itu, Mr. Branson meluaskan usahanya di bidang transportasi udara dan perjalanan luar angkasa.

Melakukan Networking

networking

Lagi-lagi perihal koneksi.

Perlu kamu catat yes, kalau yang namanya networking, tidak harus selalu dengan ikan besar. Kamu harus bisa bergaul dengan siapa saja, walau seperti yang saya tulis sebelum ini, pilihlah networking dengan penjual minyak wangi, jangan pandai besi.

Karena kita tidak pernah tahu dari pertemuan dengan siapakah, jalan kesuksesanmu terbuka lebar.

Amalan ini diiyakan oleh Chairul Tanjung. Beliau mengakui salah satu faktor kesuksesannya adalah karena beliau tidak pernah menutup diri terhadap kesempatan berinteraksi dengan orang lain, siapapun dia.

FYI: Chairul Tanjung tercatat sebagai orang ke-7 terkaya di Indonesia versi Forbes. Kekayaannya berasal dari bisnis di bidang media, hypermarket, dan perbankan di bawah naungan CT Corp.

Kesimpulan

Walau contoh tokoh yang saya tuliskan di artikel ini tidak semua sukses di usia muda, tetapi sari pengalaman mereka yang didapat dalam waktu yang tidak singkat, tentu bisa diterapkan semuda mungkin.

Kalau kata orang, gak perlu merasakan gagal dulu, cukup belajar dari pengalaman orang lain.

Saran saya, manapun amalan atau teknik yang kamu mau praktekkan, silakan praktekkan habis-habisan, fokus bak laser.

Akhirnya, pastikan kamu utamakan doa kepada Tuhan untuk meminta takdir terbaik perihal sukses yang kamu inginkan untuk mengimbangi usaha teknis yang kamu lakukan.

Ituh!