Ini adalah materi yang saya buat untuk menjawab request dari mas Evan Purnama, yang komentarnya mendapat likes 12 orang (cek di sini). Selain banyak yang sepakat dengan topik itu, saya sendiri juga tertantang untuk menuliskannya di Revorma.

Tulisan lain insya Allah menyusul.

Sebagaimana yang memang terjadi, perdebatan seputar ini mulai sering diperbincangkan di kalangan praktisi digital marketing sejak 5 tahun lalu.

Ada yang bilang SEO is dead, juga ada yang mengatakan sosmed itu susah (rawan banned, hacked, berbiaya mahal, dll).

Selain itu, ada perusahaan yang fokus menggunakan jasa SEO sebagai online marketing platform utama dan mengesampingkan sosmed. Ada juga sebaliknya, hire manager khusus untuk menangani sosmed tapi ngga peduli sama SEO.

Terus, gimana nasib para pendatang baru? Harus fokus ke mana?

Akan ada 4 hal pokok yang akan saya ulas:

  1. SEO vs Sosmed dari Segi Teknik
  2. Pengguna Search Engine dan Sosial Media
  3. Effort Sebagai Praktisi
  4. Sikap yang Harus Dilakukan Digital Marketer

Tulisan ini agak panjang, lebih dari 2.500 kata. Bacanya pelan-pelan aja, sambil sedia camilan atau minuman anget, hehe.

SEO vs Sosmed dari Segi Teknik

Dari segi teknik, meski tujuan akhirnya adalah sama; terjadi transaksi, tapi dalam banyak hal perbedannya seperti bumi dan langit. Dan dari yang banyak itu, saya mau bahas beberapa yang paling punya pengaruh terhadap bisnis (menurut saya).

Problematik Duplikat Konten

Di SEO, ngga ada ruang untuk para pelaku copy-paste. Google udah super canggih, yang saking canggihnya konten originalpun kalau dianggap ngga berkualitas oleh Google ya ngga bisa ikutan dapat posisi di halaman satu.

Intinya, copy-paste di dunia SEO itu bukan sekedar sia-sia, tapi bisa dibilang bunuh diri, karena endingnya adalah deindex (Whats is Deindexing?).

Tapi ngga demikian di sosial media, copy-paste itu hal yang lumrah. Saking lumrahnya, setiap saat ya ada aja ribut masalah hak karya dan plagiat.

Sebagaimana yang udah umum di kalangan praktisi Instagram, tentang teori bagaimana caranya melakukan growth jumlah follower, dan itu sederhana banget; update konten minimal 10 kali per hari.

Ngga peduli gimana caranya; copas, bikin sendiri, bayar orang, dll.

Makanya banyak yang pakai aplikasi Regrann (dan sejenis) untuk menaikkan jumlah follower mereka. Dan yang lagi ramai diperbincangkan belakangan ini; Virol. Keduanya memiliki subtansi kerja yang sama; posting konten di Instagram.

Ringkasnya, terjun di dunia SEO itu seperti dipaksa untuk berkarya (membuat artikel original dan wajib berkualitas), sedangkan di sosial media ngga ada paksaan untuk itu. Dari sini kelihatan, terjun di sosial media memerlukan effort yang lebih mudah untuk dilakukan.

Teknologi Server

Sebagaimana yang dikatakan Google; kecepatan situs bisa berpengaruh ke peringkat website. Artinya, naik-turunnya penghasilan melalui SEO salah satunya bisa disebabkan server/hosting yang digunakan.

Untuk orang yang udah biasa dan ngerti, soal PageSpeed ini ngga akan jadi masalah. Tapi saya beberapa kali menangani client jasa SEO yang super gaptek dan ngga ngerti apa-apa soal ini.

Kalau di sosmed, ngga ada urusan sama teknologi server, kan tinggal numpang aja.

Mengenai ini, SEO lebih ribet, bayar pula (hosting dan domain). Sosmed tinggal pakai dan gratis.

Teknik Optimasi

Kepala kamu ngga akan ngebul ketika belajar gimana cara optimasi sosmed. Sebaliknya, kepala ngebul seringkali terjadi untuk mereka yang belajar teknik SEO.

Teori yang harus dipelajari tentang SEO itu ada bejibun, kalau sosmed cuma seuprit. Belum lagi, setelah optimasi, sosmed cenderung lebih cepat kelihatan hasil, sedangkan SEO ngga bisa langsung dirasakan.

Secara umum, sosmed udah bisa maksimal hanya dengan 4 hal ini:

Adapun usaha-usaha spam (follow, unfollow, auto comment, dsj), saya selalu tekankan untuk dihindari dan emang ngga terlalu ngefek juga. Yang ada malah potensi block bin banned. Udah banyak yang buktikan bahwa hanya dengan rajin update konten, bisa naikkan follower.

Kalau SEO ada banyak banget! Cukup melihat susunan materi Revorma Premium aja, kamu udah bisa bayangkan betapa anu sekali belajar SEO itu.

Tapi kenapa saya dan banyak orang lain mau repot belajar SEO? Jawabannya ada di bawah nanti, baca terus aja.

Mengelola Customer

Dalam dunia digital marketing, wajib hukumnya belajar tentang list building dan database customer. Mengelola customer ini adalah bagian dari ilmu funneling.

Semua orang yang belajar tentang funneling, apapun platform yang digunakan, pasti membutuhkan website sebagai media untuk mengolah data customer yang masuk.

Untuk hal ini sih SEO dan sosmed punya posisi yang sama. Apalagi sekarang udah ada aplikasi manajemen order Amana.

Sedikit promosi tentang Amana ya. Ini aplikasi buatan tim saya.

Insya Allah bulan depan udah rilis versi beta dan bisa dipake oleh semua orang. Kita mau kasih ruang lebih untuk para pendatang baru, yang masih menangani transaksi di bawah 100 per bulan, free forever tanpa pembatasan fitur sama sekali.

Udah dibuat segudang fitur yang insya Allah bisa menunjang berbagai kebutuhan dan efisiensi dalam berjualan online, termasuk handling customer.

Retargeting

Bicara platform, pasti bicara leads, closing, dll. Termasuk retargeting.

Saya ngga berpanjang lebar di bagian ini. Intinya kalo kamu punya duit, retargeting ini bisa dilakukan di keduanya baik SEO maupun sosmed.

***

Kira-kira itu beberapa hal krusial terkait SEO vs sosmed secara teknik.

Dari hal-hal di atas, nampak bahwa overall sosmed lebih mudah, dan SEO sebaliknya.

“Kalau gitu, fokus ke sosmed aja?”

Ngga juga, saya kan baru bahas teknik. Di bawah akan ada reasons kenapa SEO itu tetap punya peran besar dalam membangun bisnis online.

Karakteristik Pengguna Search Engine dan Sosmed

10 tahun lalu, orang cari informasi selalu melalui search engine. Karena emang ngga ada tempat lain yang bisa menghimpun informasi dalam 1 tempat. Sampai kemudian sekarang bermunculan beberapa platform yang secara ngga langsung mendistruksi behaviour pengguna internet.

Sekarang cari informasi produk langsung ke marketplace, cari informasi event langsung di sosmed, cari tutorial bisa ke YouTube, dll.

Untuk mencari tutorial cara menghapus background foto, orang akan lebih pilih buka YouTube ketimbang Google.

Perubahan semacem ini juga mesti dijadikan acuan bagi digital marketer untuk mengambil kebijakan.

Kalau search engine sekarang ini lebih banyak digunakan untuk:

Kalau sosmed, berangkat dari posisi pengguna yang harus following, jadi ada trust lebih dibanding website. Ngga jauh-jauh dari hal ini:

Umumnya juga, pengguna search engine itu orang-orang yang mulai masuk tahap serius, jiwanya dewasa, bijak, dan punya prinsip. Kalau sosmed lebih kurang ya kebalikannya.

Jadi, untuk jualan yang bersifat end-user, sosmed itu emang punya prioritas.

Effort Sebagai Praktisi

Sekarang kita bicara praktek dan efek jangka panjangnya.

Setuju ngga setuju, suka ngga suka, kamu harus rela faktanya banyak digital marketer di seluruh dunia mengatakan SEO tetap jadi senjata utama soal drive traffic, dalam bisnis apapun, dan kondisi bagaimanapun.

Kenapa begitu? Everybody create a website.

Semua orang, dari level personal, komunitas, perusahaan, sampai negara, punya website! Dan website adalah wajah utama kita di dunia digital.

Kamu bikin bisnis tapi ngga punya website? Hmm, berarti kamu ngga niat berbisnis.

Ini juga berkaitan erat sama karakteristik pengguna mesin pencari yang serius, dewasa, bijak, dan berprinsip. Orang-orang ini jarang memberikan pujian ketika satisfied (sampai harus ditodong untuk sekedar minta testimoni). Tapi sebaliknya, cepat teriak ke mana-mana ketika merasa dirugikan.

Mereka akan menjadikan website kamu sebagai pintu gerbang sebelum ke lain-lainnya.

Iya, website adalah media paling fleksibel untuk menampilkan informasi apapun tentang personal kamu, komunitas, dan perusahaan.

Dan sewajarnya manusia, udah bikin website pasti berpikir bagaimana websitenya bisa ada pengunjung yang targeted dan jumlahnya membeludak.

Apalagi ada riset yang dilakukan Ahrefs bahwa 91% halaman website di seluruh dunia itu ngga dapet organic traffic dari Google. Terus kamu mau jadi bagian dari 91% itu?

Iya, saya sendiri sering temui kasus ada lokasi dan nama-nama komunitas yang ngga muncul profilnya di Google, padahal websitenya eksis dan bagus, lengkap.

Ini kan fatal ya..

Di mana-mana, yang namanya keyword kalau udah ditulis spesifik nama lokasi, nama yayasan, nama komunitas, dan semisal, harusnya muncul di Google. Nah ini ngga muncul sama sekali. Karena kurang pengetahuan aja.

Jadi, effort ini harus diakumulasi bahwa keduanya harus kamu gunakan meski ada salah satu yang akan dijadikan prioritas.

Kerja-kerja di SEO itu akan berhenti pada saatnya.

Tapi, kerja-kerja di sosial media akan terus berlangsung sebagaimana berlangsungnya bisnis itu sendiri. Mengelola sosial media itu never ending drama pokoknya.

SEO Mudah Dibuat SOP

Perubahan algoritma yang terjadi di SEO itu ngga sehoror yang ada di sosmed. Di SEO, algoritma yang senantiasa diperbarui Google bertujuan untuk mempersempit ruang oknum yang spammy dan tricky.

So, selama yang kita lakukan masih dalam koridor white-hat, insya Allah ngga ada yang perlu dikhawatirkan selamanya.

Bikin SOP buat kerja-kerja SEO (kalau mau bikin tim) itu gampang:

  1. Bikin konten berkualitas sesuai standar onpage.
  2. Bikin backlink yang bagus.
  3. Dll yang kecil-kecil, saya ngga akan detail di sini.

Kalau kamu ngerti kaidah dan cara kerja SEO, bikin SOP-nya very easy. Bahkan kerja-kerja SEO bisa didelegasikan ke mereka yang ngga ngerti sama sekali tentang SEO. Aneh kan?

Sosmed Menjanjikan Sales Cepat dan Jangkauan yang Luas

Kamu punya barang bagus (fungsi dan harganya), yang kalau orang lihat kemungkinan besar akan beli. Kemudian kamu menjualkan lewat dua cara, SEO dan sosmed. Yang lewat sosmed akan lebih cepat dapat customer, kalau SEO butuh jungkir balik dulu.

Yang sosmed cukup update gambar dan mainkan hashtag, barang dagangan kamu udah bisa dilihat banyak orang, customer datang.

Sesimpel itu?

Iya lah, saya udah coba sendiri, dan berhasil kok, beberapa kali dengan produk yang berbeda, alhamdulillah. Dengan teknik paling basic ternyata juga bisa dapat hasil.

Secara sederhana ya seperti itu, makanya di atas saya katakan barang bagus dari segi fungsi dan harga. Fungsinya dibutuhkan, harganya super bersaing. Ditambah beberapa karakteristik barang lain yang laris dijual melalui sosmed.

Kalau mau jualan jasa lebih enak pakai SEO, kalau jualan produk (retail) lebih cepet pakai sosmed.

Sebagai contoh, adik saya jualan kaos, cetak 10.000 lembar, dan habis dalam 1 bulan, di Ramadhan yang lalu. Amazing!

***

Digital Berbasis Lokal

Jangan lupakan basis masa lokal yang ada di sekitar kita. Ini bukan cuma bicara lokasi secara geografis, karena ada banyak hal yang bisa kamu eksplor di basis masa lokal.

Pendekatan yang bisa dilakukan seputar kesamaan budaya, bahasa, satu suku, kebiasaan, titik-titik wilayah (ketika harus kopdar, COD), tema pembicaraan lokal, dan masih banyak lagi. Ada terlalu banyak hal yang bisa dijadikan bahan untuk engagement dengan basis kita.

Local SEO

Keyword yang dimainkan untuk menyasar segmen pasar lokal ya nama daerah itu sendiri.

Apapun keywordnya, tinggal tambah nama kota di belakang, udah menjadikan targeting kamu spesifik ke wilayah itu (localized).

Tipikal pencari berbasis lokasi, ngga jauh-jauh dari adanya keinginan untuk ketemu, lakukan negosiasi, juga jarak tempuh.

Sosmed Lokal

Kalau di sosial media, cara paling ampuh itu membangun komunitas lokal, seperti misalnya membuat akun Instagram dengan nama Magetan Banget (@magetanbanget).

Bedanya dengan local SEO yang proses monetizenya jelas, to the point, hard selling. Kalau sosmed lokal ya harus pakai copywriting yang bagus dan dikemas secara soft selling.

Kalaupun mau hard selling di sosmed, agak susah untuk membangun fanbasenya. Misal Bolu Pink Magetan. Karena dari awal, customer udah tahu ini akan jadi tempat jualan semata, tanpa ada informasi menarik yang akan mereka dapat.

Maka, digunakanlah akun-akun underbow yang lebih general topiknya (seperti misalnya Magetan Banget) untuk sesekali promosi produk Bolu Pink kita.

Sosmed Rentan Penyakit

Maksudnya, seperti yang juga diaminkan banyak praktisi, sosmed itu rawan terhadap masalah, berikut ini daftar masalah yang sering kejadian (dan berseliweran) di tengah-tengah kita.

Seperti gambar di bawah ini:

Bukan cuma satu-dua kasus, yang semacem ini sering banget lewat di timeline saya. Ada banyak kisah pilu terkait hilangnya sebuah akun secara sepihak. Dan persentase keberhasilan untuk balik lagi itu kecil banget.

Akun kakak saya yang udah ratusan ribu follower di IG, pernah dicuri orang. Saya sendiri agak ngga nyangka, dia anak geek lho, kok ya bisa kecolongan. Tapi akhirnya bisa balik setelah melakukan upaya-upaya lumayan menguras energi.

Emang kudu waspada.

SEO Tetap Prioritas Utama, Ini Alasannya

Melihat penjelasan-penjelasan di atas, kalau dibuat skala prioritas, mungkin masih ada beberapa di antara pembaca yang bingung.

Lebih gampang kerjakan sosmed:

Sekilas nampak begitu. Tapi kalau kita bicara bisnis, ujungnya adalah transaksi, nominal.

Akan lebih jelas, kalau variabel pembanding yang kita gunakan adalah transaksi dan nominal, bukan effort dan teknik.

Di bawah ini adalah beberapa jenis transaksi yang bisa dilakukan melalui SEO, dan susah untuk diaplikasikan di sosmed:

  1. Jual properti (tanah kavling, rumah, kost, dll)
  2. Jual jasa
  3. Penawaran proyek-proyek besar
  4. Transaksi dengan nilai di atas 10 juta

Yang mau saya sampaikan adalah melalui SEO sangat mungkin dilakukan percepatan perputaran uang dalam jumlah besar.

Bukan sekedar sangat mungkin, ada banyak ide bisnis dengan transaksi besar yang bisa dengan mudah dijual melalui SEO. Berikut ini 3 di antaranya:

  1. Sewa WC portable, you know what? Nilainya ratusan juta sampai em-em-an.
  2. Jasa SEO, I did it very well.
  3. Jual mesin, genset, alat-alat pabrik.

Dari 3 model bisnis di atas, mana yang bisa dijual lewat sosmed? Ngga ada! I mean, susah banget!

Sosmed untuk jualan ke end-user. SEO untuk non end-user.

Di sosmed, karakteristik barang yang dijual ngga jauh-jauh dari kebutuhan end-user.

Di sosmed, kamu bisa cepet kaya, tapi di SEO kamu bisa jauh lebih kaya lagi.

Alasan terbaik versi saya; sekali nangkring di top 5 Google, kamu ngga perlu lagi jalankan aktifitas marketing, tinggal fokus ke produksi dan pelayanan customer. Ini ngga mungkin terjadi di sosmed.

Sebagai Digital Marketer, Apa yang Harus Dilakukan?

Kalau dikorek lebih lanjut, yang bikin diskusi jadi hangat cenderung panas ternyata bukan cuma sekedar topik SEO vs sosmed. Akar masalahnya ada pada kenyamanan dan preferensi para praktisi digital marketer dan kecenderungan mereka pada salah satu dari keduanya.

Si A berpendapat lebih utama SEO karena ternyata sehari-harinya memang banyak dihabiskan untuk aktifitas SEO. Dia nyaman di situ, dapat penghasilan dari situ, dan dapat banyak pengalaman bagus di situ. Jadi, pas ngelirik ke sosmed ngga bisa ngeliat view secara utuh.

Begitu juga sebaliknya.

Be wise aja sih.

Datanya mengatakan bahwa keduanya punya porsi masing-masing, ada pasarnya dan sama-sama besar. Artinya, ya kuasai keduanya kalau mau bisnis terus bertambah dan bertumbuh.

Saya bicara begini dengan sudut pandang pebisnis lho, yang mengedepankan sistem dan SDM, bukan terjun sebagai single-fighter.

Patenkan dulu pola bisnis di SEO atau sosmed, lakukan beberapa kali. Kemudian pindah ke platform satunya.

Maksudnya, bikin 2 sampai 3 bisnis di SEO sampai stabil, kemudian bikin 2 sampai 3 bisnis lagi di sosmed. Repeat. Makin banyak bisnis pastinya makin seru.

Belajar Terus

Banyak quote yang bisa saya tulis terkait motivasi belajar, tapi saya ngga akan pakai itu, silahkan Googling sendiri.

Seseorang kalau sudah ketemu sama pola keberhasilan, dia juga akan punya semangat tersendiri untuk terus belajar. Mengikuti setiap perkembangan yang ada di kehidupan nyata, menyesuaikannya, dan menjalaninya sesuai kebutuhan.

Kalau seorang digital marketer udah ngerasa puas sama satu platform aja, ya sangat disayangkan.

Akhirul Kalam

Behaviour netizen menggunakan berbagai platform di dunia online udah mulai bergeser, ngga lagi “dikit-dikit Google, apa-apa Google.”

Fungsi dan tugas Google tidak seluas dulu, dan ini adalah fakta. Tapi pengguna internet juga terus bertambah dan berkembang.

Buat saya, SEO tidak akan pernah hilang. SEO akan terus bermanfaat untuk pebisnis dan pelanggan. Tidak ada hal yang perlu dikhawatirkan berlebih terkait SEO di era sosmed. Kita dituntut untuk bisa meng-kawin-kan keduanya dengan baik, hingga lahirlah hasil kerja yang maksimal.

Dengan hadirnya platform jual beli, sosial media, dan komunitas yang makin beragam. Pendekatan pasar melalui SEO juga perlu penyesuaian.

Seorang digital marketer dituntut untuk bisa memetakan keyword dengan baik, menyusun copywriting dengan indah, belajar funneling lebih dalam, membangun engagement dengan audience, dan lainnya.

Hal yang sama juga berlaku untuk business owner. Kamu pikir kalau udah punya banyak uang, terus kamu bisa bikin apa aja? Siklus hidup ngga berjalan dengan cara seperti itu. Kamu harus tetap penuhi knowledge sehingga pengambilan setiap keputusan bisa lebih tepat arah.

Sedikit penampakan.

Web publisher.

Di atas adalah screenshot salah satu web publisher yang saya kelola. Perhatikan referrers dari Search Engines. Memang ada perubahan behaviour di netizen, tapi hasilnya tetap menggairahkan.

Web online shop.

Online shop ngga butuh traffic banyak, yang penting targeted dan stabil. Yang penting ada closing biar operasional bisa jalan terus.

Saya juga punya akun Instagram dengan follower lebih dari 20k. Ngga terlalu banyak sih, udah ngga pernah dirawat juga. Tapi seenggaknya ini sebagai bukti bahwa saya juga belajar cara kerja sosmed yang efektif, hehe.

Kalau saudara (kakak dan adik-adik) saya yang emang konsen banget di Instagram, followernya udah ratusan ribu sampai jutaan.

***

Dan materi ini saya selesaikan cukup sampai di sini.

Semoga bermanfaat.