Ceruk Pasar pada Red Ocean dan Blue Ocean

Ibrahim Vatih
31 August 2013

W. Chan Kim (Korea) dan Renee Mauborgne (Perancis) menggagas sebuah tema yang akhirnya menjadi perhatian sekaligus rujukan bagi pelaku bisnis di seluruh dunia. Mereka (berdua) merumuskan Red Ocean dan Blue Ocean yang tertuang dalam bukunya; Blue Ocean Strategy. Meski saya belum baca buku itu, tapi secara umum saya bisa mengambil intisari yang banyak saya baca melalui internet.

Singkatnya, Red Ocean adalah ceruk yang jelas, segmen pasar sudah mengetahui manfaat secara umum dari produk yang dijual, dan permainan bisnis untuk pangsa pasar ini sudah sangat berdarah-darah.

Sedangkan Blue Ocean adalah kebalikannya, ceruk sempit, segmen pasar umumnya belum mengerti knowledge dari produk yang coba kita tawarkan. Pasar harus dibentuk dengan memberikan edukasi entah melalui iklan, sosialisasi, pelatihan, dan sebagainya. Pangsa pasar ini umumnya masih sepi, tak ada persaingan, kalaupun ada tidak akan sampai berdarah-darah.

Masing-masing punya tantangan untuk ditaklukkan. Blue Ocean sangat melelahkan saat membentuk pasar, tapi akan memudahkan setelahnya. Sedangkan Red Ocean tidak perlu brainstorm ciptakan produk, tidak perlu pusing-pusing cari ide bikin produk, tapi persaingannya akan sangat brutal.

Melalui status Facebook, saya pernah menuliskan sedikit uneg-uneg mengenai nilai tambah (value added).

Saya cenderung mengambil sebagian dan membuang sebagian yang lain. Dan memang tidak semua produk bisa disamakan. Setiap produk butuh pola dan media marketing yang berbeda. Saya yang menyukai efisiensi lebih cenderung menambahkan value added pada produk-produk Red Ocean.

Menurut saya, Red Ocean yang diberikan value added akan menarik perhatian pasar, dan mampu memberikan kita celah bernapas dalam persaingan brutal. Kebanyakan dari produk yang saya jadikan komoditi adalah produk-produk Red Ocean. Value added sangat membantu terjadinya proses transaksi.