Multitasking Membunuhmu

Stres?
Ibrahim Vatih
8 August 2016

Dahulu kala, saya pernah punya rencana menerbitkan buku dengan judul Sekolah Is Bullsh*t, sisa-sisa rencana itu bisa kamu cek di halaman ini.

Sekolah adalah objek pertama yang menyadarkan saya bahwa ternyata ada, pergumulan masalah yang terjadi dalam satu tempat. Sekolah (di Indonesia) menyimpan banyak sekali permasalahan kompleks yang lebih gampang disebut sebagai lingkaran setan.

Salah satu masalah yang bullsh*t itu adalah multitasking.

Kamu diminta belajar sekian-belas mata pelajaran sekaligus. Dan semua mata pelajaran menuntut kamu untuk tampil sempurna, semuanya harus mempunyai (setidaknya) nilai 7. Kalau ada salah satu dari mata pelajaran itu yang bernilai di bawah 7, maka mereka tidak peduli dan akan tetap mencap kamu orang bodoh.

Akan ada banyak hal yang bisa dibahas tentang sekolah. Tapi saya tidak sedang membahas itu, poin saya kali ini tentang multitasking.

Btw, dari sekian-belas mata pelajaran itu, adakah yang benar-benar kamu kuasai saat kamu selesai wajib belajar 9 tahun? Nothing! Setidaknya itu yang saya rasakan. Selesai sekolah, saya tidak merasa menjadi seorang yang spesial di bidang tertentu. Penyebabnya jelas, karena semuanya saya pelajari, multitasking.

Hukum ini berlaku di semua hal di kehidupan setelah sekolah. Termasuk di pekerjaan kamu, atau di usaha yang sedang kamu bangun untuk mendirikan mesin uang (cari nafkah ala pengusaha dengan berbagai resiko yang ada).

Sebuah riset menunjukkan bahwa perpindahan satu konsentrasi ke konsentrasi yang lain akan menyebabkan kamu kehabisan bahan bakar. Bahan bakar apa? Bahan bakar energi yang menggerakkan seluruh organ tubuh kamu. Dan yang paling bekerja keras adalah otak.

Otak dipaksa untuk melakukan ini dan itu. Otak akan lelah, dan efeknya konsentrasi kamu menjadi lemah. Kamu menjadi sering bingung dengan pekerjaan dan diri kamu sendiri. Pernah merasakan yang demikian? Saya pernah.

Padahal bensin yang digunakan untuk mengerjakan satu-dua pekerjaan mempunyai volume yang sama dengan kamu menjadi seorang yang multitasking. Apakah kamu seorang single-tasking atau multi-tasking, sama-sama pakai 1 liter bensin.

Hal ini akan membuat kamu menginterupsi pekerjaan kamu sendiri. Pekerjaan A belum selesai dikerjakan, kamu sudah kepikiran untuk eksekusi pekerjaan B, pekerjaan C, D, dan seterusnya. Ini dia penyebab otak stress dan frustasi.

Multitasking membuat kamu menjadi sangat tidak produktif. Hari-hari kamu hanya dipenuhi oleh mental yang tertekan.

Apalagi, di era teknologi seperti saat ini, yang membuat kehidupan kamu menjadi 24 jam nonstop. Tidak ada waktu luang bagi diri kamu sendiri. Candunya teknologi menambah deretan mustitasking yang sangat tidak perlu dan tidak penting. Ber-haha-hihi di social platform misalnya.

Multitasking juga membuat kamu kesulitan memberi perhatian pada apa-apa yang berada di bawah pengawasan atau tanggung jawab kamu.

Jangan pernah berharap kamu bisa menyerap informasi baru secara utuh dan benar ketika kamu sedang berada pada kondisi multitasking. Yang terjadi adalah otak kamu akan bingung dan cenderung menyerap informasi yang salah (maksudnya, informasi yang kamu terima meleset tidak seperti yang dijelaskan).

Aaaaahhhh! Terus gimana solusinya?

Pertama, kamu harus listing kegiatan dan tanggung jawab kamu. Perhatikan mana yang benar-benar harus kamu kerjakan. Yang esensial. Hapus list yang tidak perlu.

Memberikan ruang dan waktu yang jelas untuk setiap list yang prioritas dan list yang bisa meningkatkan konsentrasi serta produktifitas kamu di list tersebut.

Kedua, berhentilah dari sosial media. Apapun itu, WhatsApp, Facebook, Instagram, YouTube, dan lainnya. Beri waktu yang fair untuk diri kamu sendiri. Buatlah komitmen untuk tidak membuka setiap hari, atau hanya membukanya di jam-jam tertentu.

Ketiga, buat jeda. Maksudnya istirahat. Kamu harus beristirahat dari semua aktifitas. Sekedar minum teh, minum susu, atau ke minimarket beli es krim. Keluar sebentar lihat pemandangan, lihat orang lalu lalang. Jangan pernah sentuh handphone di sesi breaks.

Breaks akan membuat otak menjadi rileks, dia akan menurunkan tempo dan kekuatan berpikirnya. Sehingga ketegangan yang terjadi pada diri kamu bisa ikut reda.

Jangan sampai multitasking membunuhmu. Begitu.