Makanan Halal dan Toyib

Ibrahim Vatih
1 July 2014

Udah lama mau tulis tentang makanan, tapi lupa-lupa mulu, dan selalu inget pas lagi mampir ke warung makan. Mumpung inget dan semangat, nulis deh.

Tiap hari kita makan, ini kebutuhan pokok manusia. Dan agama telah mengatur tentang cara makan, jenis makanan, sampai saran dan larangan.

Al Quran menyebut halaalan-thoyyiban. Makanan yang ngga sekedar halal tapi juga toyib (baik). Secara umum kita mungkin sudah tahu makanan yang toyib itu yang kaya gimana. McD adalah contoh makanan halal tapi ngga toyib. Apalagi? Bakso dan Mie Ayam mungkin juga tergolong yang ngga toyib, padahal ini jadi salah satu makanan favorit saya –dulu (baca: Yang Penting Makan).

Semua makanan yang memberikan dampak kurang baik pada tubuh bisa dikategorikan sebagai makanan yang ngga toyib. Jadi jelas bahwa jajan sembarangan itu sebenernya udah disarankan oleh Al Quran supaya ditinggalkan (dijauhi).

Ditinjau dari segi kesehatan modern lebih jelas lagi bahwa dampaknya bisa merusak tubuh, merusak jaringan otak, dan organ tubuh lainnya.

Jujur, waktu masih bujang saya masih sangat menyepelekan hal ini, jajan seenaknya, semaunya, tanpa kontrol, meski udah sering ngerasain dampaknya, hampir tiap tahun masuk rumah sakit, disebabkan hal ini.

Sejak menikah, saya mulai meninggalkan kebiasaan tersebut, hal itu saya lakukan bukan semata karena istri yang sejak awal memang ngga suka jajan sembarangan, ada kesadaran yang lebih kuat dari itu. Saya dan istri mulai menyusun daftar (tak tertulis) tempat-tempat kencan yang menyediakan makanan halal dan toyib.

Well, ada yang menarik dalam membuat klasifikasi apakah sebuah rumah/warung makan akan kami blacklist atau tidak. Faktornya bukan sekedar dari bumbu yang mereka racik terhadap makan yang disajikan, kami juga menjadikan rajah sebagai faktor utama lain yang menyebabkan semua makanan yang ada di rumah/warung makan itu menjadi ngga toyib.

Buat yang baru pertama denger istilah rajah, itu adalah semacam jimat penglaris yang biasa dipajang-pajang di atas pintu masuk warung makan. Dan hal ini yang mau saya bahas sebagai inti tulisan kali ini.

Banyak lho yang masih berpedoman seperti ini; saya makan di sini ngga peduli sama rajah, saya tau itu syirik, tapi yang dosa kan yang punya warung makan, saya taunya makanan ini halal, enak, dan saya suka. Toh saya juga ngga ngerasa ada sesuatu setelah saya makan di sini.

Oke, efek yang diciptakan dari makan di tempat-tempat seperti itu sebenernya cukup mengerikan, tapi terjadi secara soft banget.

Pengaruhnya bisa berefek pada pola dan cara ibadah yang terganggu, secara ngga langsung juga pengaruh terhadap komunikasi dengan pasangan, jadi mudah tersulut, seolah banyak ketidakcocokan, sampai terhalang rizki. Ya, ‘cuma’ gara-gara makan di tempat yang ada rajahnya.

Rajah dan jampi yang ada di tempat begitu bentuknya macem-macem, ada yang fungsinya narik orang supaya dateng, ada yang bikin makanan seolah jadi enak di lidah, ada yang bertugas membuat rasa nyaman ketika kita berada di tempat itu, juga ada yang membuat sticky di kepala bahwa tempat makan yang asik ya di tempat A. Kita sampai hafal dan selalu teringat tempat itu ketika lapar.

Dari fungsi dan tugas yang beragam itu tadi, efek yang ditimbulkan terhadap diri kita juga beragam.

Saya tinggal di Jogja, dan ada begitu banyak rumah makan besar di Jogja yang sudah masuk daftar blacklist. Saya ngga mau sebutin satu-satu, nanti dituntut UU ITE, kalau mau bisa PM FB saya aja, atau ngobrol ketemuan sambil berbagi pengalaman, hehe.

Di sini saya sebutin aja ciri-ciri tempat makan yang sebaiknya kamu hindari.

1. Tempat Ramai

Ini untuk deteksi dini aja. Faktor ramai ngga selalu berkaitan dengan rajah, bisa jadi emang rasanya enak, posisi strategis, marketing, dll. Secara keilmuan dan strategi bisa dicapai dengan logis. Selanjutnya bisa cek ciri no. 2

2. Ada Rajah

Ketika masuk ke tempat ramai, biasanya saya cek ada rajah atau ngga. Umumnya, rajah dipasang di atas pintu masuk rumah makan. Bentuk fisiknya macem-macem. Ada yang buntelan kain, ada yang berbentuk kertas lipatan, kembang, janur yang dirajut, termasuk di beberapa tempat berupa cermin. dll.

Kalau ini ada, artinya sudah layak untuk masuk blacklist. Jangan pernah balik ke sana lagi.

3. Pusing

Baik rajah yang nampak (dipampang jelas) ataupun yang disimpen di dompet, laci, atau yang intinya ngga dipampang, secara pribadi (bagi saya) bikin kepala pusing. Saat pertama masuk sudah terasa ada tekanan mendadak di kepala dan dada. Ngga semua orang bisa sensitif sama hal begini.

4. Berubah Rasa

Mungkin pernah diajakin orang makan di tempat A, dia bilang ayo makan di sana, rasanya enak lho.

Kalau do’a secara sungguh-sungguh, ekspektasi terhadap rasa makanan yang katanya enak itu jadi biasa aja. Misalkan sate atau gule, rasanya ya kaya sate gule pada umumnya.

Atau kalau makanannya dibungkus, dibawa pulang, rasanya beda, ngga sama seperti kalau makan di tempat.

* * *

Jangan anggap remeh makanan, diri kita adalah apa yang kita makan, apa yang kita pelajari, apa yang kita serap, dll.

Apalagi kalau sudah punya anak istri, jangan kotori keluarga dengan hal-hal yang seolah sepele.

Bertahun-tahun keluarga saya (abah, ummi, dan sodara-sodara yang lain) melakukan praktek Ruqyah. Kita paham betul sebab musabab sampai efek yang ditimbulkan.

Barangkali ada yang mau berbagi pengalaman serupa, bisa komentar di bawah.

Gitu aja. Semoga bermanfaat.